Berkat KUR BRI, Warung Sarapan Pecel Milik Catur Kini Kian Berkembang

Kredit Usaha Rakyat atau KUR BRI benar-benar membantu usaha Catur Martanto (43) dan istri semakin maju.

Penulis: Sigit Widya | Editor: Sigit Widya
TRIBUN JOGJA/SIGIT WIDYA
Berkat KUR BRI, warung sarapan pecel milik Catur kini kian berkembang. 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Kredit Usaha Rakyat atau KUR BRI benar-benar membantu usaha Catur Martanto (43) dan istri semakin maju.

Warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, tersebut membuka usaha warung sarapan pecel di rumah sejak 2019 dan kini berkembang cukup pesat.

Catur dan istri kali pertama mengajukan KUR BRI pada 2020 dengan plafon atau nominal Rp10 juta serta tenor alias jangka waktu 24 bulan.

Ia mengakses modal untuk mengembangkan usaha di BRI Unit Klaten Selatan dan dana cair dalam kurun waktu tidak kurang dari satu minggu.

"KUR BRI sebesar Rp10 juta pun cair pada 21 November 2020 dengan angsuran Rp502.800 setiap bulan," terang Catur, Jumat (12/4/2024). 

Ia mengatakan, dana itu langsung digunakan untuk membeli lagi peralatan serta memperluas tempat usaha supaya semakin representatif.

Baca juga: Cuma Sehari Cair, KUR BRI Bantu Rezeki Sigit dan Istri Mengalir

Ia mengaku tidak salah memilih KUR BRI sebagai sumber pendanaan untuk pengembangan usaha karena pengajuan tidak tidak berbelit-belit.

"Ketika dokumen saya dinyatakan lengkap, KUR BRI cair hanya dalam beberapa hari. Padahal, saya baru kali pertama mengajukan," imbuhnya.

Mendapatkan manfaat dari bantuan pembiayaan BRI, Catur dan istri kemudian sepakat untuk mengajukan lagi KUR pada 18 Maret 2022.

Lantaran lancar dalam membayar angsuran, Catur dan istri berhak mengakses kenaikan plafon pinjaman dari Rp10 juta menjadi Rp25 juta.

"Saya menerima kucuran KUR BRI periode berikutnya dengan plafon lebih besar serta tenor lebih panjang, yakni 36 bulan," sambungnya.

Untuk plafon sebesar Rp25 juta dengan jangka waktu 36 bulan, Catur dan istri harus membayar angsuran Rp760.500 setiap bulan ke BRI.

Baca juga: Cerita Agung dan Istri Terbantu Restrukturisasi KUR BRI Kala Pandemi Covid-19

Pada 8 September 2023, fasilitas ketiga KUR BRI mereka dapatkan dengan plafon mencapai Rp40 juta serta tenor 60 bulan atau lima tahun.

"Melihat usaha semakin berkembang, saya tak pikir panjang untuk mengakses lagi KUR BRI dengan jumlah pinjaman lebih besar," tambahnya.

Mendapatkan KUR BRI dengan plafon Rp40 juta dan tenor 60 bulan, Catur dan istri tak merasa berat untuk membayar angsuran setiap bulan.

"Saya hanya menyetor Rp773.312 per bulan selama 60 bulan. Secara nominal, nominal sebesar itu masih masuk akal," kata pria ramah tersebut.

Ke depan, ia kemungkinan besar akan mengakses lagi KUR BRI guna memperbesar usaha, termasuk rencana untuk membuka cabang.

"Melihat usaha kian tumbuh, saya tak ragu untuk kembali mengajukan modal usaha lewat KUR BRI. Bunganya cukup rendah, kok," tegasnya.

Baca juga: Akses Modal Lewat KUR BRI, Samsudin Raup Jutaan Rupiah Per Hari Berkat Usaha Ramesan

Regional CEO BRI Yogyakarta, John Sarjono, menyatakan, ada peningkatan pembiayaan hingga 10 persen melalui KUR BRI pada Maret 2024.

"Di luar KUR, kami prediksi naik lima persen sampai enam persen. Pertumbuhan secara tahunan di level tujuh persen hingga 12 persen," katanya.

Terkait non-performing loan (NPL), ia memastikan masih terjaga karena penyaluran kredit dilakukan hati-hati, bahkan pakai sistem dual control.

"Jika terjadi permasalahan kredit, kami melakukan berbagai upaya, mulai restrukturisasi hingga memberi keringanan kepada nasabah," tuturnya.

Lebih lanjut, John menyampaikan bahwa BRI membuka peluang untuk restrukturisasi pembiayaan sepanjang memang masih memenuhi pilar.

“Penyelesaian kami lakukan secepatnya. Pertama, restrukturisasi dengan penjadwalan ulang. Kedua, kami memberi keringanan," ucap John.

Baca juga: Berkat KUR BRI, Gondrong Kini Jadi Bos Angkringan

Untuk tren pembiayaan menjelang Idulfitri, ia mengutarakan, ada peningkatan dengan sektor perdagangan mengalami pertumbuhan dominan.

Menurut John, peningkatan kredit menjelang Lebaran merupakan siklus tahunan atau berulang meskipun hanya untuk sektor-sektor tertentu.

“Banyak pengusaha makanan dan pakaian yang membutuhkan tambahan modal kerja untuk memenuhi permintaan konsumen," ungkap John.

Selain makanan dan pakaian, ia membeberkan, sektor di transportasi mengalami pula peningkatan pembiayaan setiap menjelang hari raya.

“Sektor pertanian justru terbalik. Biasanya, pembiayaan di sektor pertanian mengalami tren tertinggi pada Januari dan Juli," pungkas John. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved