Merapi, Marapi, Semeru, dan Gunung Dukono Beruntun Erupsi Hari Ini

Empat gunung berapi sangat aktif di berbagai lokasi di Indonesia secara beruntun meletus, Rabu (3/4/2024) pagi hingga siang ini

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Ikrob Didik Irawan
ist
Letusan Gunung Semeru 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN – Empat gunung berapi sangat aktif di berbagai lokasi di Indonesia secara beruntun meletus, Rabu (3/4/2024) pagi hingga siang ini.

Dimulai erupsi Gunung Merapi di perbatasan DIY-Jateng pada pukul 06.26 WIB, disusul semburan debu vulkanik Gunung
Marapi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada pukul 09.30 WIB.

Kolom debu vulkanik erupsi Gunung Marapi menyembur vertikal ratusan meter dari puncak, bisa disaksikan dari arah Bukittinggi maupun Padang Panjang.

Letusan Gunung Marapi, Sumbar
Letusan Gunung Marapi, Sumbar (tribunpadang/fajar alfaridho)

Tak lama kemudian Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur melontarkan debu vulkanik pada pukul 09.53 WIB. Kolom letusan sekira 400 meter dari puncak mengarah ke barat.

Baca juga: Dampak Gempa Taiwan, Catatan Sementara 1 Orang Meninggal Dunia 50 Orang Luka-luka

Berikutnya Gunung Dukono di Pulau Halmahera, Maluku Utara meletus pada pukul 12.37 WIT, atau 10.37 WIB. Kolom letusan mencapai 1.250 meter dari puncak arah ke barat.

Data yang dirilis Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMGB) lewat aplikasi Magma Indonesia, mencatat durasi gempa letusan Dukono mencapai 82 detik.

Erupsi Gunung Dukono
Erupsi Gunung Dukono (ist)

Di antara rentetan letusan gunung berapi di Indonesia itu, terjadi gempa besar berkekuatan 7,2 skala Richter yang mengguncang Taiwan dan sebagian Jepang.

Erupsi di Gunung Merapi pada Rabu pagi meluncurkan Awan Panas Guguran (APG) sejauh 1.700 meter dari puncak.

Awan panas itu terjadi pukul 06.26 WIB, berlangsung selama 127,32 detik, mengarah ke sektor barat daya ke hulu Kali Bebeng dan Kali Krasak.

Arah angin saat kejadian ke barat, cuaca cukup cerah. Ini merupakan luncuran awan panas pertama setelah beberapa minggu terakhir aktivits vulkaniknya cenderung melandai.

Dari foto dan video yang dirilis Balai Penelitian Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, luncuran abu vukanik bergumpal-gumpal menyusuri lereng barat daya.

Material itu berasal dari area paling aktif di kubah lava puncak barat daya, yang kini volumenya tercatat 2,066 juta meter kubik.

Volume kubah lava punvak barat daya ini menurun cukup ekstrem dalam dua pekan terakhir menyusul intensitas guguran material yang tinggi.

Secara visual bisa dilihat ada perubahan morfologi atau bentuk kubah lava barat daya, yang sebagian terlihat sudah terkelupas.

Dibandingkan volume kubah lava Tengah yang kini sekira 2,3 juta meter kubik, terjadi penurunan cukup ekstrem di kubah puncak barat daya ini.

Sebelumnya, volume kubah lava puncak barat daya lebih besar di banding kubah lava yang tumbuh menjulang di Tengah kawah Merapi.

Kedua kubah lava ini terbentuk sejak 4 Januari 2020, atau dua bulan setelah status aktivitas vulkanik Merapi naik dari Waspada ke Siaga (Level III).

Data terakhir hasil analisis dan pengamatan BPPTKG Yogyakarta sepanjang 22-28 Maret 2024, aktivitas Merapi masih didominasi guguran dan kegempaan fase banyak.

Tidak tercatat ada perubahan signifikan terkait kembang kempis (deformasi) tubuh gunung paling aktif dan paling berbahaya di Indonesia ini.

Sepekan terakhir, gempa Vulkanik Dangkal (Vb) terpantau ada peningkatan cukup signifikan, yang menandai aktivitas magma di permukaan yang umumnya diakhiri keluarya lava.

Masih tingginya aktivitas gunung berapi ini membuat status Merapi masih di posisi Siaga atau Level III, dengan berbagai rekomendasi yang belum berubah.

Radius bahaya utama terbagi di tiga sektor pada radius antara 3 hingga 7 kilometer dari puncak. Radius terjauh meliputi sektor bara daya dari puncak.

Ini radius yang berpotensi dijangkau luncuran awan panas guguran, yaitu mengarah ke wilayah perbatasan Sleman-Magelang di sekitar Wonokerto Turi Sleman hingga Srumbung Magelang.

Sementara di sektor selatan radius bahaya yang diprediksi mencakup area 5 kilometer dari puncak, terutama di aliran Kali Gendol, Kali Kuning, hingga Kali Boyong.

Sementara di sektor Tenggara di alur Kali Woro wilayah Klaten, radius bahaya utama mencakup area sejauh 3 kilometer dari puncak.

BPPTKG Yogyakarta juga meprediksi jika terjadi letusan eksplosif, radius lontaran material keras bisa mencapai jarak maksimal 3 kilometer dari puncak.

Situasi di seputaran kawasan wisata Kaliurang dan lava tour Kali Kuning, Kinahrejo dan sekitarnya sejauh ini masih normal.

Hujan abu tipis dilaporkan terjadi di kawasan barat daya dan barat gunung, antara lain kawasan tambang Ngori hingga Jurang Jero. (Tribunjogja.com/xna)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved