Harley Davidson WL, Motor Antik dengan Persneling di Tangan, Kopling di Kaki Layaknya Mobil

Ruci (28) pemuda asal Kasihan Bantul yang kini merawat Harley Davidson (HD) tipe WL tahun 1948. Motor ini memiliki arti tersendiri bagi dirinya.

Penulis: Santo Ari | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/Santo Ari
Harley Davidson (HD) WL tahun 1948, milik Ruci warga Kasihan Bantul 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Motor klasik masih memiliki pasar di Indonesia. Pecinta otomotif berburu motor klasik dengan berbagai alasan, seperti bahan koleksi, investasi termasuk untuk menghadirkan kembali kenangan masa lalu.

Seperti halnya, Ruci (28) pemuda asal Kasihan Bantul yang kini merawat Harley Davidson (HD) tipe WL tahun 1948. Motor ini memiliki arti tersendiri bagi dirinya.

Ia menceritakan, dulu, saat ayahnya berkuliah di ISI Yogyakarta sempat memiliki motor HD WL tahun 1948. Hingga akhirnya Ruci pun mengenal motor tersebut semasa kecil.

“Secara otomatis ayah saya memperkenalkan motor itu, jadi setiap kali dia keluar saya selalu diajak,” ujarnya.

Namun sekitar tahun 2003, motor HD WL milik ayahnya terpaksa dijual. Dari sana muncul keinginan dari Ruci untuk memiliki motor yang sama seperti kepunyaan ayahnya.

Akhirnya cita-cita itu tercapai, ketika di tahun 2013 ia bisa mendapatkan HD WL dengan tahun yang sama seperti milik ayahnya dulu. Bukan hanya mesin saja, tapi ia mendapatkan unit motor HD beserta segala keunikannya yang khas.

HD ini dibekali mesin 750 cc tipe SV (Side Valve) dengan tiga percepatan.

Dan yang menjadi ciri khas di motor klasik ini adalah, persneling tongkat yang dioperasikan dengan tangan dan kopling yang ada di kaki, layaknya mobil.

Baca juga: KRONOLOGI Kecelakaan di Srandakan Bantul, Daihatsu Ayla Tabrak Truk Fuso

Suspensi depan menggunakan springer khas Harley, sementara di belakang, motor ini memiliki suspensi tepat di bawah joknya yang single seat, namun tak mengurangi kenyamanan saat berkendara.

Tak banyak perubahan atau restorasi yang ia terapkan selama memiliki HD WL. Perubahan yang dilakukan cuma di part yang gampang aus, seperti ban, aki, oli dan kampas. Sementara dari sisi visual, tetap sama seperti katalog.

“Ada perubahan kecil, yakni saya tambahin engine guard depan belakang,” katanya.

Meski demikian, sebenarnya ia juga terbesit keinginan untuk mengubah motor klasik vintage ini bergaya chopper. Menurutnya, gaya chopper lebih mempresentasikan jiwa anak muda, dan tentu lebih ringan.

“Tapi sayang saja kalau diubah, jadi sementara akan tetap seperti ini,” tuturnya.  

Apalagi menurutnya, desain motor ini tetap nyaman untuk dikendarai. Secara feeling mengemudi, menurutnya motor ini enak dibuat kencang dan tetap nyaman meskipun melaju pelan.

“Saya pernah pakai Jogja-Solo, Jogja-Semarang tidak merasa capek. Dari mesin, posisi badan, enak. Nyaman dan tidak bikin capek,” terangnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved