Budaya Jawa Mengandung Nilai Keutamaan
Budaya Jawa tidak hanya berkaitan dengan tradisi kuno, tetapi juga menyangkut banyak aspek kehidupan.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA- Daerah Istimewa Yogyakarta memang memiliki adat tradisi budaya Jawa yang kental.
Menurut Wakil Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Sleman , Untung Waluyo, budaya Jawa mengandung nilai keutamaan, keyakinan, kepercayaan, hingga nilai yang berhubungan antar manusia.
"Pemahaman budaya Jawa itu lekat dengan Surakarta dan Ngayogyakarta. Ketika orang bicara Jawa, itu artinya orang yang berbudi luhur, berkaitan dengan kejujuran, kepatutan. Maka kami semangat mengembalikan lagi masyarakat Jawa, Jogja yang menjunjung nilai keutamaan yang diwariskan leluhur," katanya, Selasa (19/03/2024).
Ia menyebut budaya Jawa tidak hanya berkaitan dengan tradisi kuno, tetapi juga menyangkut banyak aspek kehidupan.
Sebab segala tindakan, ucapan, pikiran harus berdasarkan nilai keutamaan.
Hal itu diimplementasikan melalui sikap manusia kepada Tuhan, manusia dengan leluhur, manusia dengan alam semesta, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan makhluk bawahan.
"Segala sesuatu tindakan untuk lima hal itu dirujuk melalui nilai keutamaan yang ada dalam diri kita. Sehingga tidak aneh kalau di Sleman banyak upacara yang sifatnya Memayu Hayuning Bawana, lingkungan, dan manusia. Di Cangkringan atau Turi masih ada upacara memetri air," terangnya.
Hingga saat ini masyarakat masih melakukan tardisi Jawa, meskipun tidak seperti yang dilakukan orang Jawa kuno. Tradisi daur hidup dimulai dari saat anak dalam kandungan, yaitu 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, 7 bulan. Setelah bayi lahir, ada tradisi brokohan, sepasaran, selapanan.
Kemudian masih ada tradisi tedhak siten, sunatan atau tetesan, hingga pernikahan.
Upacara kematian, meliputi peringatan 7 hari, 40 hari, 100 hari, hingga 1.000 hari.
"Memang banyak sekali tradisi yang dilakukan, tetapi jangan sampai membebani secara ekonomi. Karena sifatnya pengorbanan untuk memuliakan yang dituju. Maka orang Jawa punya konsep gadang mulyo kudu iso gadang, gendong, ngundang, ngidung. Artinya membangun dapat membangun cita-cita, membiayai, memberikan motivasi, dan mendoakan," terangnya.
"Orang Jawa itu punya perhitungan, nista, madya, dan utama. Nista itu minimal niatnya, masak kemudian didoakan. Dari sisi keyakinan tidak ada yang nista, semua utama. Kalau barang misal uborampe, kalau tidak punya uang bisa beli pisang satu. Tetapi kalau orang berpunya kan mampu beli selirang," sambungnya.
Ia menambahkan budaya yang ada harus selaras dengan tradisi, agama. Sehingga diperlukan cara pandang yang berbeda dalam memahami dan melaksanakan tradisi.
Forum Adat Tradisi Kabupaten Sleman, Sarworo Suprapto mengungkapkan setiap zaman tradisi selalu dihantam perubahan. Meski begitu, tradisi dan nilai budaya Jawa tidak hilang.
Prakiraan Cuaca DI Yogyakarta Hari Ini Senin 30 Agustus 2025: Hujan Ringan di Beberapa Wilayah |
![]() |
---|
Sultan HB X Sampaikan Duka Cita untuk Affan Kurniawan, Prihatin Perubahan Demokrasi Memakan Korban |
![]() |
---|
Pesan Sri Sultan Hamengku Buwono X saat Temui Massa Aksi di Mapolda DIY |
![]() |
---|
Akhirnya Sultan Temui Massa Aksi di Halaman Mapolda DIY, Ini Kata Raja Keraton Yogyakarta |
![]() |
---|
Gending Jawa Mengalun, Tanda Sultan Keluar Temui Massa Aksi di Depan Mapolda DIY |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.