Rembug SiBakul

UMKM DIY Didorong Melek Digital agar Bisa Tembus Pasar Ekspor

Dinkop UKM DIY dorong UMKM di DIY supaya menguasai teknologi digital guna memperluas jangkauan pasar bahkan menembus pasar ekspor.

|
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Hanif Suryo
Rembug SiBakul yang mengusung tema "UMKM Memperluas Jangkauan Pasar, Strategi Pemasaran dan Distribusi, Mungkinkah Ekspor?" di Studio 52 Tribun Jogja, Selasa (19/3). 

Anggota DPRD DIY Komisi B, Sigit Pribadi, S.FILI mengatakan bahwa mau atau tidak mau para pelaku UMKM harus berhadapan dengan perubahan, yakni bertransformasi memanfaatkan teknologi digital.

"Akhirnya UMKM mau tidak mau juga harus mau untuk bisa mengikuti perkembangan zaman, punya semangat untuk mencoba, jangan pernah takut," ujar Sigit.

Menurutnya, nenek moyang pada zaman dahulu sudah memulai perdagangan lintas negara bahkan benua, menghadapi kendala, namun bisa terselesaikan.

"Dulu kan tetap ada kendala dari sisi bahasa yang tidak bisa tidak bisa sama, dari sisi pengetahuan yang berbeda-beda, tapi nyatanya juga bisa terjadi proses transaksi. Jadi jangan dibayangkan ekspor menjadi hal yang sangat sulit dan rumit apalagi sekarang kendala bahasa bisa diatasi dengan Google Translate. Intinya, para pelaku UMKM ini harus mau belajar dan mau usaha," kata Sigit.

Mewakili akademisi, Dosen STIM YKPN Yogyakarta, Dra Retno Hartati, M.B.A, menilai bahwa para pelaku UMKM DIY pasti mampu untuk memperluas jangkauan pasar bahkan menembus pasar ekspor.

"Tapi memang harus siap dulu produk ekspornya. Sehingga dari dinas memang harus ada pemetaan, dan untuk membina itu tidak mungkin sendiri bisa dengan kerjasama dengan perguruan tinggi. Salah satu yang perlu diedukasi tentu SDM-nya, perlu berwawasan global. Misal produk batik yang berkualitas unggul, belum tentu bisa dipasarkan di Amerika, diperlukan modifikasi style. Selain itu, untuk melakukan ekspor selain harus tahu regulasi di negara kita sendiri, harus tahu juga regulasi di negara tujuan," jelasnya.

Head of Corporate Affairs Goto Regional Central & West Java, Guntur Arbiansyah dalam kesempatan tersebut bercerita tentang perkembangan mitra GoFood sebelum dan setelah terjadinya pandemi Covid-19.

"Sebelum terjadinya pandemi, mitra GoFood itu masih di bawah 300 ribu mitra. Terjadi peningkatan pesat itu justru sewaktu pandemi terjadi, sebab daya konsumsi masyarakat meningkat di satu sisi mereka tidak bisa ke mana-mana. Secara teknologi, kami juga mempermudah verifikasi mitra untuk bergabung ke GoFood hingga meningkat 3-4 kali lipat," ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, pada Juli 2020, mereka juga menjalin kerjasama dengan SiBakul.

"Dengan kerjasama tersebut, terjadi peningkatan transaksi yang cukup pesat sekitar 21 persen bagi mitra GoFood yang tergabung dalam SiBakul, serta peningkatan omzet 31 persen. Selain mempertemukan supply dan demand di DIY, kerjasama tersebut juga memberikan subsidi ongkos kirim dan itu ternyata cukup efektif. Teknologi selain memperluas pasar, akhirnya juga membuka peluang bertambahnya pelanggan," jelasnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved