Rembug SiBakul
UMKM DIY Didorong Melek Digital agar Bisa Tembus Pasar Ekspor
Dinkop UKM DIY dorong UMKM di DIY supaya menguasai teknologi digital guna memperluas jangkauan pasar bahkan menembus pasar ekspor.
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinkop UKM) DIY terus mendorong agar Usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM ) di DIY supaya menguasai teknologi digital guna memperluas jangkauan pasar bahkan menembus pasar ekspor.
Kepala Dinkop UKM DIY, Srie Nurkyatsiwi mengatakan bahwa pandemi Covid-19 yang pertama kali melanda Indonesia pada Maret 2020 lalu menjadi titik balik bagi pelaku UMKM , sekaligus mendorong terjadinya percepatan dalam pemanfaatan teknologi.
"Negatifnya memang cukup banyak, tapi positifnya pun ada. Dari yang semula ada kegamangan, ternyata para pelaku UMKM bisa bertransformasi ke digital. Pandemi Covid-19 jadi titik tolak, pelaku UMKM yang sebelumnya mengeluhkan bagaimana mereka berjualan di tengah pengetatan kebijakan saat Covid-19, di sisi lain Dinkop UKM DIY terus mendorong mereka untuk tetap berkarya, tetap berusaha, berbisnis dengan online," terang Siwi dalam Rembug SiBakul yang mengusung tema "UMKM Memperluas Jangkauan Pasar, Strategi Pemasaran dan Distribusi, Mungkinkah Ekspor?" di Studio 52 Tribun Jogja, Selasa (19/3/2024).
Siwi tak memungkiri bahwa berbisnis melalui online ada konsekuensinya, di antaranya biaya ongkos kirim (ongkir).
Sebab itu, Pemda DIY melalui Dinkop UKM mengeluarkan kebijakan menanggung biaya ongkir.
"Maka bila bicara bagaimana upaya memperluas jangkauan pasar bahkan ekspor, pertama yakni soal skill SDM yang dipengaruhi faktor usia maupun faktor pendidikan. Ini menjadi materi untuk menentukan sebuah kebijakan. Selanjutnya, dari sisi produk atau produktivitas yang harus ditingkatkan. Produktivitas UMKM masih rendah, ternyata masih ada catatan-catatan terkait dengan kontinuitas, misal produk sekarang bagus tapi ketika dipesan (kualitasnya) berubah, mungkin dari rasa, packagingnya tidak standar. Sehingga ini jadi catatan kami dalam melakukan edukasi," terang Siwi.
Tak kalah penting, lanjut Siwi yakni soal kelembagaan.
"Kami dorong kelembagaannya harus kuat. Salah satu syaratnya harus punya Nomor Induk Berusaha (NIB), maka ini juga menjadi peran kami untuk memformalkan yang belum formal," terangnya.
Sekadar informasi, NIB adalah nomor identitas yang digunakan sebagai identitas pelaku usaha.
Sebelum menjalankan bisnisnya, para pelaku usaha atau pemilik UMKM sebaiknya mengurus NIB yang diterbitkan oleh lembaga Kementerian Investasi/BKPM terlebih dahulu.
"Selanjutnya yakni dari sisi manajemen atau pembiayaan. Biasanya UMKM kalau ditanya apa yang kurang yakni modal, tapi nggak tahu modalnya untuk apa. Artinya ini soal mindset, sehingga kami juga memberikan pendampingan. Tidak semua demikian, sebab ada pula yang sudah settle," terangnya.
Baca juga: Pemkot Yogyakarta dan Baznas Kucurkan Bantuan Usaha Puluhan Juta Rupiah untuk UMKM
"Terkait dengan strategi pemasaran, apakah mungkin ekspor? Mungkin sekali, tinggal bagaimana kesiapan SDM-nya, produksinya, kelembagaannya, tata kelola manajemen keuangannya, ini harus kami fasilitasi bersama dengan lembaga-lembaga lain yang juga dimudahkan dengan pemanfaatan teknologi informasi," imbuhnya.
Lebih lanjut Siwi menjelaskan, keragaan dari postur UMKM di DIY yang sudah bergabung ke Sibakul Jogja atau akronim dari Sistem Informasi Pembinaan Koperasi dan UKM Daerah Istimewa Yogyakarta (SiBakul Jogja) berjumlah sekira 342 ribu.
"Kami mengajak para pelaku UMKM terus bergerak dan kami banyak fasilitas, termasuk fasilitas pengiriman tidak hanya di Indonesia tapi juga pengiriman ekspor. Bukan ekspor partai besar tapi memasarkan produknya misal sampelnya. Setelah sampel dikirim, mungkin ordernya, Ini kan dampaknya," kata Siwi.
"Fasilitas dari pemerintah ada 3 hal yang kami tekankan, bagaimana regulasi yang berpihak pada pelaku UMKM, afirmasi kepada para pelaku UMKM dan yang paling penting adalah kami mengajak semuanya masyarakat terutama para pelaku UMKM untuk partisipasinya karena program apapun tanpa ada partisipasi dan komitmen dari masyarakat nggak ada artinya," imbuhnya.
Anggota DPRD DIY Komisi B, Sigit Pribadi, S.FILI mengatakan bahwa mau atau tidak mau para pelaku UMKM harus berhadapan dengan perubahan, yakni bertransformasi memanfaatkan teknologi digital.
"Akhirnya UMKM mau tidak mau juga harus mau untuk bisa mengikuti perkembangan zaman, punya semangat untuk mencoba, jangan pernah takut," ujar Sigit.
Menurutnya, nenek moyang pada zaman dahulu sudah memulai perdagangan lintas negara bahkan benua, menghadapi kendala, namun bisa terselesaikan.
"Dulu kan tetap ada kendala dari sisi bahasa yang tidak bisa tidak bisa sama, dari sisi pengetahuan yang berbeda-beda, tapi nyatanya juga bisa terjadi proses transaksi. Jadi jangan dibayangkan ekspor menjadi hal yang sangat sulit dan rumit apalagi sekarang kendala bahasa bisa diatasi dengan Google Translate. Intinya, para pelaku UMKM ini harus mau belajar dan mau usaha," kata Sigit.
Mewakili akademisi, Dosen STIM YKPN Yogyakarta, Dra Retno Hartati, M.B.A, menilai bahwa para pelaku UMKM DIY pasti mampu untuk memperluas jangkauan pasar bahkan menembus pasar ekspor.
"Tapi memang harus siap dulu produk ekspornya. Sehingga dari dinas memang harus ada pemetaan, dan untuk membina itu tidak mungkin sendiri bisa dengan kerjasama dengan perguruan tinggi. Salah satu yang perlu diedukasi tentu SDM-nya, perlu berwawasan global. Misal produk batik yang berkualitas unggul, belum tentu bisa dipasarkan di Amerika, diperlukan modifikasi style. Selain itu, untuk melakukan ekspor selain harus tahu regulasi di negara kita sendiri, harus tahu juga regulasi di negara tujuan," jelasnya.
Head of Corporate Affairs Goto Regional Central & West Java, Guntur Arbiansyah dalam kesempatan tersebut bercerita tentang perkembangan mitra GoFood sebelum dan setelah terjadinya pandemi Covid-19.
"Sebelum terjadinya pandemi, mitra GoFood itu masih di bawah 300 ribu mitra. Terjadi peningkatan pesat itu justru sewaktu pandemi terjadi, sebab daya konsumsi masyarakat meningkat di satu sisi mereka tidak bisa ke mana-mana. Secara teknologi, kami juga mempermudah verifikasi mitra untuk bergabung ke GoFood hingga meningkat 3-4 kali lipat," ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, pada Juli 2020, mereka juga menjalin kerjasama dengan SiBakul.
"Dengan kerjasama tersebut, terjadi peningkatan transaksi yang cukup pesat sekitar 21 persen bagi mitra GoFood yang tergabung dalam SiBakul, serta peningkatan omzet 31 persen. Selain mempertemukan supply dan demand di DIY, kerjasama tersebut juga memberikan subsidi ongkos kirim dan itu ternyata cukup efektif. Teknologi selain memperluas pasar, akhirnya juga membuka peluang bertambahnya pelanggan," jelasnya. ( Tribunjogja.com )
Amunisi Mortir yang Ditemukan di Sleman Belum Berhasil Diledakkan, 4 Kali Disposal Gagal |
![]() |
---|
Dukung Masyarakat Tangguh, Eko Suwanto Serahkan Bantuan Alat Penanggulangan Bencana |
![]() |
---|
Jadwal Salat Untuk Wilayah DIY Jogja Besok Hari Selasa 12 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Menteri PU Sebut Fasilitas SRMA 19 Bantul Bagus, Tapi Tercium Bau Asap Rokok di Asrama Laki-laki |
![]() |
---|
PSS Sleman Kombinasikan Pemain Senior Junior di Championship 2025/2026, Ini Kata Riko Simanjuntak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.