Kota Yogya Gencarkan Pengolahan Sampah di Akar Rumput, Losida Jadi Salah Satu Andalan

Pengolahan limbah sejak dari sumbernya, atau rumah tangga, menjadi kunci untuk menurunkan volume pembuangan menuju TPA Piyungan

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Hari Susmayanti
SHUTTERSTOCK.com
Kompos dari sampah dapur kita, setelah panen bisa digunakan untuk menyuburkan tanaman. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pengolahan limbah sejak dari sumbernya, atau rumah tangga, menjadi kunci untuk menurunkan volume pembuangan menuju TPA Piyungan.

Terlebih, diperkirakan pada pertengahan April 2024 mendatang, tempat pembuangan akhir yang berlokasi di Kabupaten Bantul tersebut bakal ditutup total.

Oleh sebab itu, Pemkot Yogya mengajak kalangan warga masyarakat di akar rumput untuk ikut mengolah sampah yang dihasilkan dari rumah tangganya masing-masing.

Di Kelurahan Muja Muju misalnya, pemangku wilayah membagikan 200 alat komposter dengan metode losida (lodong sisa dapur) ke warga.

Fasilitator Sampah Kelurahan Muja Muju, Kota Yogya, Fraksiyati, menuturkan, pencanangan penggunaan losida untuk pengelolaan sampah dimulai sejak Januari lalu.

Menurutnya, metode tersebut digunakan karena cenderung sudah familiar dan banyak digunakan di deretan bank sampah di Kota Yogya.

"Jadi, kami bekerjasama dengan PT SGM dan LSM Shind membagikan alat losida lewat bank sampah di Muja Muju," tandasnya, Senin (18/3/2024).

Baca juga: TUTORIAL: Cara Membuat Losida untuk Mengolah Sampah Organik dari Dapur Rumah Tangga

"Tadinya mau mengajukan untuk program kampung, tapi dari pihak Shind dan SGM juga ternyata sudah merencanakan hal itu di CSR," urai Fraskiyati.

Mengenai cara kerjanya, ia menjelaskan, losida merupakan sebuah wadah yang difungsikan untuk menaruh atau membuang sisa atau sampah dapur rumah tangga.

Losida merupakan metode pengomposan menggunakan paralon yang dibuat sedemikian rupa hingga untuk menghasilkan pupuk organik padat. 

"Itu dari paralon panjangnya sekitar 1-1,5 meter. Untuk diameternya 15-20cm. Kalau yang itu (yang dibagikan ke warga) panjanganya 1.5 meter," jelasnya.

Sementara, Wakil Ketua Forum Bank Sampah Kota Jogja, Sri Martini, menjelaskan, sistem pengolahan losida hampir serupa dengan Biopori, hanya berbeda penempatannya.

Untuk biopori, jelasnya, ditanam di bawah permukaan tanah, sedangkan losida ditanam di atas permukaan tanah.

"Ini khusus untuk sampah organik sisa dapur. Sampah bisa langsung dimasukan melalui lubang atas losida, cara kerjanya sama dengan biopori," ujarnya.

Nantinya kompos yang dihasilkan dari sistem pengolahan sampah oleh penduduk Muja Muju bakal langsung dimanfaatkan menjadi pupuk organik.

Pihaknya sudah merencanakan, selepas panen, kompos langsung dialokasikan untuk memupuk tanaman yang ditanam sepanjang bantaran sungai Gajahwong.

"Masyarakat sekitar sana menanam banyak tanaman, seperti apotek hidup dan warung hidup. Selain itu, pupuk juga bisa dimanfaatkan untuk tanaman hias milik rumah tangga," katanya. (aka)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved