LKY Ajak Masyarakat Gunakan Beras Secara Efektif dan Tidak Panic Buying

LKY mengajak masyarakat untuk tidak panic buying, terutama saat Ramadan hingga menjelang Idulfitri.

(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)
Ilustrasi beras 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) mengajak masyarakat menggunakan beras secara efisien. 

Ketua Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY), Siti Mulyani mengatakan harga beras di DIY dibanderol Rp10.900 untuk beras SPHP, beras medium seharga Rp14.000 dan rata-rata beras premium dibanderol dengan harga mencapai Rp17.000 - 18.000. 

Hal itu dapat menyebabkan kemungkinan perpindahan konsumsi beras premium ke medium, yang bakal berdampak pada kelangkaan beras medium. 

"Kami menyarankan untuk memasak nasi dengan takaran yang sesuai kebutuhan, meskipun memiliki stok beras berlebih. Ini bertujuan untuk mengurangi pemborosan konsumsi beras, pengurangan sampah makanan, dan mendorong penggunaan yang lebih bijaksana dari sumber daya pangan," katanya, Jumat (15/03/2024). 

Selain itu, ia juga mengajak masyarakat untuk tidak panic buying, terutama saat Ramadan hingga menjelang Idulfitri.

Menurut dia, hal itu penting agar tidak terjadi kelangkaan bahan makanan. 

"Panic buying terjadi ketika konsumen membeli secara berlebihan dan tidak terkontrol, yang dapat menyebabkan kelangkaan dan meningkatkan harga secara signifikan," sambungnya. 

Pihaknya juga meminta pemerintah untuk memperketat pengawasan rantai pasokan hingga distribusi.

Tujuannya agar tidak tidak terjadi penyelewengan oleh oknum-oknum nakal. Misalnya mencampur beras kualitas tinggi dengan kualitas rendah.

Di sisi lain, ia mengusulkan agar pemerintah memberikan bantuan sesuai dengan kearifan lokal, seperti jagung, sagu, singkong, dan lainnya, terutama kepada masyarakat yang tidak cocok dengan budidaya padi di daerahnya.

"Ini akan membantu menghindari perubahan pola konsumsi yang tidak sesuai dengan lingkungan setempat. Sejalan dengan strategi pemerintah untuk mengencarkan gerakan diversifikasi pangan. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan produksi dan konsumsi bahan makanan pokok selain beras, dan mengurangi ketergantungan pada komoditas beras, serta memaksimalkan potensi sumber pangan yang tersedia," terangnya. 

Ia berharap pemerintah juga memberdayakan petani, khususnya petani muda.

Edukasi kepada petani muda diperlukan agar generasi muda lebih tertarik dalam pertanian dan intensifikasi pertanian.

"Peran perguruan tinggi juga diperlukan dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap masyarakat terhadap pertanian dan konsumsi pangan. Selain itu, juga disarankan agar perguruan tinggilebih aktif dalam berjejaring dengan NGO untuk melakukan edukasi kepada masyarakat serta melakukan penelitian terkait varietas beras yang lebih tahan terhadap perubahan iklim," imbuhnya. (*) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved