Harga Beras Melonjak, Ini Kata Gubernur DIY Sri Sultan HB X

Saat ini, harga beras berkisar Rp14.200/kg - Rp15.000/kg untuk beras medium dan Rp16.000/kg - Rp17.000/kg untuk beras premium.

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, ditemui di Kompleks Kepatihan, Kamis (22/2/2024). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Harga beras terus mengalami kenaikan di sejumlah wilayah, termasuk di DIY.

Saat ini, harga beras berkisar Rp14.200/kg - Rp15.000/kg untuk beras medium dan Rp16.000/kg - Rp17.000/kg untuk beras premium.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengatakan bahwa pemerintah sebetulnya telah mengupayakan impor beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Kalau beras itu sebetulnya sudah impor, tidak ada masalah. Hanya mungkin, kualitas itu tidak sesuai ekspektasi dari konsumen," kata Sri Sultan HB X saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Kamis (22/2/2024).

"Karena di Jogja ini kesadaran kesehatan tinggi, jadi pilih beras wae milih sing enak, nek ra enak ra gelem (pilih beras yang enak, kalau tidak enak tidak mau). Ini problemnya di situ. Sehingga, beras Bulog pun sok ra gelem (kadang tidak mau) kan gitu," imbuh Sri Sultan HB X.

Di sisi lain, lanjut Sri Sultan HB X, beras yang ditanam di wilayah DIY merupakan beras premium yang semestinya musim tanam pada akhir tahun antara November- Desember.

"Tapi karena banyak hujan, jadi agak terlambat (musim tanamnya). Jadi mestinya Maret sudah panen besar, tapi (ternyata) baru panen yang kecil, mungkin April baru panen besarnya. Jadi kan mundur (panen), masalahnya di situ," kata Sri Sultan HB X.

"Jadi sebetulnya yang naik tinggi (harganya) itu yang premium bukan yang non premium. Problemnya sebetulnya di situ, karena (musim) tanamnya mundur karena banyak hujan," lanjutnya.

Tak hanya berimbas ke musim panen beras, namun dampak dari pergeseran musim hujan juga berdampak pada kenaikan cabai dan bawang merah.

Pasalnya, lanjut Sri Sultan, jika intensitas hujan terlalu sering atau terlalu lebat, tanaman cabai dapat tergenang air dan akar dapat membusuk.

"Ini kan karena tanaman musiman, kan gitu. Kobis, lombok, brambang, bawang, kan gitu. Mestinya antisipasi impor, memang harus begitu, kalau tidak, ya nggak bisa (mencukupi kebutuhan masyarakat). Yang penting bagi saya harga naik itu memang disebabkan karena tidak seimbangnya antara kebutuhan dan jumlah barang," paparnya.

Lebih lanjut Sri Sultan HB X menyoroti kenaikan harga beras ini apakah hanya terjadi di level pedagang atau juga hingga tingkat petani.

"Apakah petani dapat bagian dari kenaikan harga itu? Kalau dapat bagian, berarti tri kuartal itu mesti ada laporan BPS, daya beli petaninya naik nggak. Kan akan terlihat di situ. Kalau tidak naik, berarti kenaikan harga ini yang untung hanya pedagang, sementara petani tidak. Nah kira-kira kondisi realnya yang terjadi akan seperti itu," katanya.

Terpenting saat ini, lanjut Sri Sultan, Pemda DIY akan berupaya menyediakan stok beras dan kebutuhan pokok lainnya agar kenaikan harga tidak signifikan.

"Hanya sekarang bagaimana menjaga stabilitas itu bisa dilakukan, berarti pasokan itu harus jelas. Kalau nggak, nanti inflasi akan terjadi fluktuatif makin tinggi bukan makin turun," jelasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved