Human Interest Story
Kisah Hasman Zhafiri Muhammad, Anak Buruh Tani Lulus Sarjana dan Magister dengan Nilai Sempurna
Pemuda berusia 25 tahun itu mengoleksi dua pin emas dengan IPK 4,00 untuk jenjang Sarjana maupun Magister.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Meski bukan berasal dari keluarga mampu, Hasman Zhafiri Muhammad bertekad untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya.
Caranya dengan tekun menuntut ilmu.
Hal ini Ia buktikan dengan berhasil menjadi lulusan terbaik jenjang Magister dengan nilai sempurna di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Prestasi yang sama juga Ia dapatkan saat menamatkan Sarjana di Universitas yang sama.
Kini, pemuda berusia 25 tahun itu mengoleksi dua pin emas dengan IPK 4,00 untuk jenjang Sarjana maupun Magister.
"Walaupun saya dari Kalangan tidak mampu, saya ingin menempuh pendidikan setinggi tingginya. Dua pin emas menjadi bukti bahwa saya semangat dalam menuntut ilmu," kata Hasman, Kamis (1/2/2024).
Hasman yang lahir dari keluarga buruh tani asal dusun Numpukan, Karangtengah, Imogiri, Kabupaten Bantul ini menyelesaikan Magister, Jurusan Ilmu Agama Islam dengan konsentrasi Hukum Islam UII pada bulan Desember dan diwisuda di Auditorium Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakir pada 28 Januari 2024..
Pemuda kelahiran Bantul, 25 Maret 1998 itu bercerita, untuk mendapatkan nilai sempurna ada beberapa tips yang dilakukan.
Antara lain, selalu menggunakan setiap waktu luang untuk belajar.
Baik belajar di Perpustakaan maupun di warung kopi.
Kemudian tidak pernah menunda tugas.
Artinya setiap tugas yang diberikan dosen dikerjakan sesuai waktunya, tidak terlambat apalagi tidak dikerjakan sama sekali.
Hasman juga selalu mencoba memahami karakteristik penilaian dosen.
Ini dilakukan dengan membangun komunikasi dan menciptakan pembeda dengan mahasiswa lain.
Kebetulan saat kuliah jenjang S1, di Jurusan Hukum Keluarga Islam, Fakultas Hukum Agama Islam UII Hasman pernah menjadi takmir Masjid kampus.
Hal ini membantu dirinya bisa menjalin komunikasi pengenalan dengan dosen.
Terakhir, agar bisa mendapatkan nilai terbaik, dirinya selalu menanamkan semangat dalam menggapai mimpi.
Ditambah di jenjang Magister Hasman memperbanyak menulis jurnal.
Mengikuti konferensi Internasional di University Pendidikan Sultan Idris Malaysia serta memberikan pelatihan kepada para Pekerja Migran tentang bisnis syariah di KBRI.
Cara yang ditempuh ini ternyata berhasil.
"Di nilai ijazah saya, S1 dan S2 di UII, semuanya sempurna mendapatkan A. Tidak ada yang A- apalagi B," katanya.
Hasman mengungkapkan, dirinya lahir dari keluarga tidak mampu.
Sang ayah bekerja sebagai buruh tani, sedangkan ibunya sebagai Ibu rumah tangga.
Keterbatasan biaya tidak menyurutkan semangatnya untuk belajar di perguruan tinggi.
Selama menempuh pendidikan Sarjana, anak pertama pasangan Sajadi dan Maryani ini mendapatkan beasiswa penuh dari Badan Wakaf UII karena berasal dari keluarga dhuafa dan lolos seleksi.
Hal ini membuatnya tidak mengeluarkan biaya sepeserpun untuk membayar bangku kuliah.
Adapun untuk tempat tinggal, Ia memilih menjadi takmir Masjid kampus.
Setelah lulus sarjana di tahun 2020, Hasman yang berhasil menyabet predikat lulusan terbaik, langsung melanjutkan jenjang Magister.
Separuh dari biaya kuliahnya dibantu atas kebaikan hati dari dosen.
"Jenjang S2 saya diberikan beasiswa dari dosen separuh untuk membayar kuliah dari semester 1 sampai semester 2. Adapun di semester 3 dan 4, saya harus bekerja untuk biaya kuliah sendiri," ungkap pria yang bercita-cita ingin menjadi dosen itu.
Kini perjuangan panjang untuk menyelesaikan Magister telah dilalui Hasman.
Alumni MAN 1 Yogyakarta ini berhasil lulus Magister di UII sebagai lulusan terbaik.
Atas prestasinya, Hasman diganjar dengan predikat Summa Cumlaude atau penghargaan tertinggi dan berhasil mengoleksi dua pin emas dari UII, sebagai lulusan terbaik S1 dan S2 dengan masing-masing IPK 4,00. (*)
Kisah Zaira Bertels, Bangun Usaha Pemanfaatan Limbah di Sleman Jadi Produk Interior Berskala Ekspor |
![]() |
---|
Cerita Siswi Sekolah Rakyat di Bantul, Sempat Susah Tidur dan Kangen Rumah |
![]() |
---|
Cerita Faishal Ahmad Kurniawan, Putra Bantul yang Lolos Jadi Anggota Paskibraka Nasional 2025 |
![]() |
---|
KISAH Mbah Sutarji, Pejuang Penambal Jalan Berlubang yang Ikhlas Tanpa Minta Imbalan |
![]() |
---|
Kisah Putri Khasanah, Anak Pedagang Asongan di Bantul yang Bisa Kuliah Gratis di UGM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.