Hadis Harian

Hadits Arbain ke 18: Bertaqwalah Dimanapun Engkau Berada

Namun, ketakwaan yang sebenarnya menurut Imam Ibnu Rajab Al-Hambali ialah mengerjakan kewajiban meninggalkan larangan dan perkara syubhat dan melaksan

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
pexels.com
Takwa dan tawakal 

TRIBUNJOGJA.COM - Ketakwaan pada dasarnya adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.

Namun, ketakwaan yang sebenarnya menurut Imam Ibnu Rajab Al-Hambali ialah mengerjakan kewajiban meninggalkan larangan dan perkara syubhat dan melaksanakan perkara sunnah dan meninggalkan perkara makruh.

Berikut hadits ke 18 dalam kitab arba’in An-Nawawi tentang ketakwaan:

عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ جُنْدُبِ بنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذِ بِنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: (اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ) رَوَاهُ التِّرْمِذِيّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ. وَفِيْ بَعْضِ النَّسَخِ: حَسَنٌ صَحِيْحٌ

Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdirrahman Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: ”Bertakwalah kepada Allah subhanahu wa ta’ala di manapun engkau berada. Iringilah kejelekan itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya (kejelekan). Dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.” (HR. at Tirmidzi, dan ia berkata bahwa hadits ini hasan. Di sebagian naskah hadits hadits ini hasan shahih)

Selain hadits, terdapat juga perintah bertakwa di dalam Al-Qur’an yang berbunyi,

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ‏ ١٠٢

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim”. (QS Ali-Imran : 102)

Ibnu Mas’ud menafsirkan ayat tersebut dan berkata

أَنْ يُطَاعَ فَلاَ يُعْصَى ، وَيُذْكَرُ فَلاَ يُنْسَى ، وَأَنْ يُشْكَرَ فَلاَ يُكَفَّرُ

“Maksud ayat tersebut adalah Allah itu ditaati, tidak bermaksiat pada-Nya. Allah itu terus diingat, tidak melupakan-Nya. Nikmat Allah itu disyukuri, tidak diingkari.” (HR. Al-Hakim secara marfu’, namun mauquf lebih shahih, berarti hanya perkataan Ibnu Mas’ud). Yang dimaksud bersyukur kepada Allah di sini adalah dengan melakukan segala ketaatan pada-Nya.

Dilansir dari indonesiainside.id takwa berasal dari kata “wiqayah” yang artinya perlindungan diri. Maksudnya adalah membuat perlindungan diri ari segala perkara dan perbuatan yang bisa menyulut kemarahan Allah subhanahu wa ta’ala. Takwa juga bisa berarti kehati-hatian atau waspada. Maksudnya adalah berhati-hati dan waspada terhadap segala bentuk kesyubhatan.

Imam Al-ghazali berkata “ kata takwa dalam Al-Qur’an memiliki tiga makna yakni mempunyai arti rasa takut dan segan (haibah), mempunyai arti ketaatan dan ibadah dan mempunyai arti membersihkan hati dari dosa-dosa”.

Al-Hasan Al-Bashri berkata,

المُتَّقُوْنَ اتَّقَوا مَا حُرِّمَ عَلَيْهِمْ ، وَأدَّوْا مَا افْتُرِضَ عَلَيْهِمْ

“Orang yang bertakwa adalah mereka yang menjauhi hal-hal yang diharamkan dan menunaikan berbagai kewajiban.”

Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga berkata,

لَيْسَ تَقْوَى اللهِ بِصِيَامِ النَّهَارِ ، وَلاَ بِقِيَامِ اللَّيْلِ ، وَالتَّخْلِيْطِ فِيْمَا بَيْنَ ذَلِكَ ، وَلَكِنْ تَقْوَى اللهِ تَرْكُ مَا حَرَّمَ اللهُ ، وَأَدَاءُ مَا افْتَرَضَ اللهُ ،فَمَنْ رُزِقَ بَعْدَ ذَلِكَ خَيْراً ، فَهُوَ خَيْرٌ إِلَى خَيْرٍ

“Takwa bukanlah hanya dengan puasa di siang hari atau mendirikan shalat malam, atau melakukan kedua-duanya. Namun takwa adalah meninggalkan yang Allah haramkan dan menunaikan yang Allah wajibkan. Siapa yang setelah itu dianugerahkan kebaikan, maka itu adalah kebaikan pada kebaikan.”

Dari beberapa perkataan para ulama diatas dapat disimpulkan bahwa ketakwaan merupakan rangkaian perbuatan amal baik yang bersifat kumulatif dan upaya menjauhi segala perbuatan yang dapat menyebabkan kemarahan Allah dan kemunduran iman.

Pelajaran Hadits

  • Ketakwaan merupakan undang-undang yang Allah tetapkan sebagai beneng pertahanan diri manusia agar selalu menjauhi segala perbuatan buruk dan dosa.
  • Sesuai dengan redaksi hadits, ketakwaan wajib dilakukan dimanapun kita berada. Walaupun dalam redaksi hanya dijelaskan dimanapun kita berada, namun ketakwaan juga perlu dihadirkan dalam kondisi apapun. Baik dalam kondisi baik ataupun buruk.
  • Dalam redaksi juga dijelaskan untuk mengiringi kejelekan dengan kebaikan. Makudnya adalah untuk selalu beramal baik walaupun banyak juga amalan-amalan buruk yang dilakuakn. Dengan mengiringi kebaikan, insha Allah dapat menghapus kejelekan-kejelekan  yang telah diperbuat.
  • Memperlakukan semua makhluk Allah dengan baik tanpa memandang latar belakang ataupun fisik yang telah Allah ciptakan. Walupun hewan dan tumbuhan tidak diberi akal, mereka juga merupakan makhluk ciptaan Allah yang patut disayangi.  

(MG An-Nafi)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved