Belajar Pengelolaan Limbah Berbasis Gerakan dari Bank Sampah Pelangi 07 Notoprajan

Ketua Bank Sampah Pelangi 07, Sri Untari Umiyatun, mengatakan gerakan tersebut dilandasi keresahan warga terhadap masalah persampahan.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
Pengurus Bank Sampah Pelangi 07 Notoprajan menunjukkan produk-produk daur ulang sampah, Kamis (25/1/2024). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Permasalahan sampah seakan jadi polemik panjang yang tak kunjung terselesaikan di wilayah Kota Yogyakarta.

Namun, di luar kebijakan-kebijakan penanganan limbah yang telah digulirkan eksekutif, peran serta dari masyarakat tak boleh dipandang sebelah mata.

Salah satunya, dari kalangan penduduk di Notoprajan, Kelurahan Ngampilan, yang sukses menginisiasi Bank Sampah Pelangi 07 di wilayahnya.

Ketua Bank Sampah Pelangi 07, Sri Untari Umiyatun, mengatakan gerakan tersebut dilandasi keresahan warga terhadap masalah persampahan.

"Karena kita tinggal di area wisata, dekat dengan tempat parkir Ngabean. Wisatawan itu, kan, banyak yang belum sadar budaya memilah, asal buang dan warga yang terdampak," katanya, Kamis (25/1/2024).

Akhirnya, pada kisaran tahun 2018 lalu, dirinya bersama warga Notoprajan menginisiasi Bank Sampah Pelangi 07 untuk mengatasi problem tersebut.

Meski demikian, ia mengakui, antusiasme warga terhadap bank sampah baru melejit saat Kota Yogya mengalami situasi darurat sampah tahun lalu.

"Sekarang nasabah kami sudah 80 kepala keluarga lebih. Karena memang semuanya dituntut untuk meminimalisir pembuangan, setelah ada pembatasan di TPA Piyungan, ya," ungkap Untari.

Menariknya, Bank Sampah Pelangi 07 pun tidak sebatas menempuh aktivitas pemilahan dan penimbangan, karena upaya pengolahan sampah menjadi benda-benda bernilai ekonomi juga digulirkan.

Kebetulan, di wilayahnya ada beberapa ibu-ibu yang memang sejak lama konsen membuat aneka kerajinan berbahan dasar sampah.

"Otak kita terus berputar untuk mengurangi sampah anorganik. Kemudian, yang organik diolah menjadi pupuk, atau ecoenzim," katanya.

Sementara, pegiat lingkungan dari komunitas Jogja Obah, Dwi Kuswantoro, mengatakan, semangat pengurus bank sampah di Kota Yogya benar-benar layak diapresiasi.

Ia menyebut, dengan luas wilayah yang cenderung sangat kecil, sejauh ini sudah terealisasi lebih dari 600 bank sampah berbasis RW di Kota Pelajar.

"Karena kalau TPA Piyungan ditutup pasti muncul persoalan, meski Pemkot Yogya sudah merealisasikan bank sampah induk, kemudian TPS mandiri, tapi itu butuh waktu untuk optimalisasi," katanya.

Oleh sebab itu, Dwi Kuswantoro menandaskan, inisiasi warga ini sangatlah positif, karena permasalahan sampah tidak akan selesai dengan penanganan-penanganan berbasis program.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved