WALHI Soroti Masifnya Penggunaan Galon Sekali Pakai yang Dinilai Perparah Tumpukan Sampah

Penggunaan kemasan sekali pakai, termasuk galon, kontraproduktif dengan semangat pengurangan sampah plastik

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
Tumpukan sampah di salah satu depo pembuangan di Kota Yogyakarta beberapa waktu lalu. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menyoroti fenomena pemakaian galon sekali pakai yang dinilai kurang ramah terhadap lingkungan.

Khususnya, di tengah persoalan sampah yang saat ini menjadi sebuah polemik besar dan berkepanjangan di Indonesia, tak terkecuali di Yogyakarta.

Juru Kampanye Perkotaan WALHI, Abdul Ghofar, mengungkapkan penggunaan kemasan sekali pakai, termasuk galon, kontraproduktif dengan semangat pengurangan sampah plastik secara global maupun nasional. 

Namun, ia mengaku heran, lantaran promosi penggunaan kemasan tersebut justru malah semakin masif dilakukan akhir-akhir ini.

"Kampanye masif yang mendorong penggunaan galon sekali pakai ini kontradiktif dengan semangat pengurangan sampah plastik," tandasnya, Senin (22/1/2024).

Menurutnya, penggunaan galon sekali pakai tidak perlu dipromosikan secara masif dan intensif, karena akan berlawanan dengan target mengurangi sebesar-besarnya penggunaan plastik.

Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2022 mendapati, bahwa jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21,1 juta ton, dari 202 kabupaten dan kota se-Indonesia.

Dari jumlah tersebut, sebesar 13,9 juta ton atau 65.71 persen dapat terkelola, lalu sisanya sebanyak 7,2 juta ton atau 34,29 persen belum terkelola dengan baik.

Dalam data lainnya, tercatat 69 juta ton sampah dihasilkan masyarakat Indonesia sepanjang 2022, dengan rincian  18,2 persen atau 12,5 juta ton merupakan limbah plastik.

"Jumlah sampah plastik setiap tahun juga terus meningkat. Salah satu penyebabnya itu, ya, perilaku masyarakat yang kerap menggunakan plastik sekali pakai," ungkapnya.

Plastik-plastik sekali pakai tersebut, urai Ghofar, kemudian menjadi sampah dan dapat menimbulkan efek buruk bagi lingkungan jika masuk ke perairan atau tanah. 

Penggunaan kemasan sekali pakai, termasuk galon, dewasa ini memang sudah menjadi masalah besar yang harus segera dipecahkan.

Ia memaparkan, angka sampah plastik yang bisa dikumpulkan secara nasional belum menyentuh 15 persen. 

Sedangkan, sampah plastik yang bisa didaur ulang baru mencapai 10 persen, sementara 50 persen sisanya tidak terkelola dan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah

"Melihat kondisi itu, penggunaan galon sekali pakai yang semakin masif justru akan menambah persoalan baru terkait sampah," tandas Ghofur.

"Semakin banyak produsen memproduksi galon sekali pakai, maka akan semakin menggunung pula sampah plastik yang terkumpul," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved