Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman

Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman, Dua Calon Pengantin Jalani Prosesi Siraman

Calon pengantin menjalani siraman secara terpisah di Kagungan Dalem (KD) Kepatihan Gandhok Wetan dan KD Gedhong Parangkarsa.

|
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
Dok. Kadipaten Pakualaman
Prosesi siraman calon pengantin putri dr Laily Annisa Kusumastuti di Kagungan Dalem (KD) Kepatihan Gandhok Wetan, Selasa (9/1/2024). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dua calon pengantin Dhaup Ageng atau pernikahan agung Kadipaten Pakualaman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengikuti sejumlah upacara adat sesuai dengan tradisi di kerajaan tersebut.

Seusai menjalani prosesi nyengker atau pingitan sebelum pernikahan, Senin (8/1/2024) kemarin, dua calon pengantin yakni BPH Kusumo Kuntonugroho dan dr Laily Annisa Kusumastuti menjalani prosesi siraman, Selasa (9/1/2024) sekira pukul 08.00 WIB.

Keduanya menjalani siraman secara terpisah di Kagungan Dalem (KD) Kepatihan Gandhok Wetan dan KD Gedhong Parangkarsa.

Tim Pranata Adat Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman, Kanjeng Raden Nganten Tumenggung Retno Sumbogo menjelaskan proses siraman diawali dengan penyampaian ubarampe siraman kepada pengantin putri, termasuk toya Perwita Adi dari Maerokoco ke Ndalem Kepatihan Pura Pakualaman serta pengantin putra di Parangkarsa.

Ubarame tersebut meliputi handuk, ratus, kebaya dan lainnya.

Sebelum ritual siraman dilakukan, prosesi didahului dengan acara sungkeman kepada orangtua masing-masing pengantin.

"Upacara siraman dilakukan sebagai bentuk pembersihan diri secara lahiriah dan batiniah bagi calon pengantin," terang Kanjeng Raden Nganten Tumenggung Retno Sumbogo, Selasa (9/1/2024).

"Setelahnya, calon pengantin putri kita busanani (dikenakan pakaian) ngagem sekar (pakai bunga), bunga melati di bagian dadanya dan kemudian melakukan prosesi siraman. Tapi sebelumnya, menunggu Gusti Putri terlebih dulu untuk memberikan pangestu," imbuhnya.

Dijelaskannya, prosesi siraman pengantin perempuan dilakukan oleh permaisuri Kadipaten Pakualaman yakni GKBRAA Paku Alam, orangtua calon pengantin putri Dr Tri Prabowo, M.Kes., Sp.PD., FINASIM, budhe, beserta eyang.

Selain itu ada BRAy Indrokusumo, Suryopadmonagoro.

Upacara siraman diakhiri dengan calon pengantin putri berwudlu, dilanjutkan pecah klěnthing yang dilakukan oleh GKBRAA Paku Alam sambil mengucap "niyat ingsun měcah klěnthing dadi sarana pěcah pamore' dr. Laily Annisa Kusumastuti.

"Ucapan tersebut adalah harapan pada saat calon pengantin perempuan dirias akan memancarkan aura sehingga terlihat semakin cantik," terangnya.

Calon pengantin putri juga akan dirias, namun lebih dulu diawali prosesi Ngerik yang dilakukan oleh Gusti Putri dilanjutkan perias penganten.

Ngerik mengandung arti mencukur sinom atau rambut halus yang ada di dekat dahi.

Prosesi ini dilakukan usai siraman.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved