Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman
Jelang Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman, 11 Motif Batik 'Indra Widagda' Diciptakan Sang Permaisuri
Secara khusus, GKBRAA Paku Alam menciptakan 11 varian motif batik Indra Widagda atau yang berarti 'indra yang pandai'
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Selaras dengan “Manifestasi Kecerdasan Bathara Indra” yang menjadi tema Dhaup Ageng, permaisuri Kadipaten Pakualaman yakni Gusti Kanjeng Bendoro Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam X mempresentasikannya dalam wastra batik dengan motif Indra Widagda, yang dikenakan dalam berbagai rangkaian acara.
Sekadar informasi, Dhaup Ageng atau prosesi pernikahan putra bungsu dari KGPAA Paku Alam X dan GKBRAA Paku Alam yakni BPH Kusumo Kuntonugroho dengan nama kecil RM Bhismo Srenggoro Kunto Nugroho dengan dr Laily Annisa Kusumastuti dilaksanakan di Kagungan Dalem (KD) Bangsal Sewatama Kadipaten Pakualaman pada 7-11 Januari 2024.
Tak sekadar prosesi pernikahan biasa, namun Dhaup Ageng ini juga upaya melestarikan budaya.
Secara khusus, GKBRAA Paku Alam menciptakan 11 varian motif batik Indra Widagda atau yang berarti 'indra yang pandai', dibuat berdasarkan iluminasi Bathara Indra dalam naskah ‘Sěstradisuhul’ dan ‘Sěstra Agěng Adidarma’.
"Memang untuk kali ini semua batik yang digunakan adalah baru dan itu ciptaan saya. Mungkin tidak seluruhnya, karena saya juga mengacu pada batik-batik yang ada di Yogyakarta. Pertama itu adalah kampuh-nya saya bikin sendiri dari motif Semen Kidang yang dipadukan dengan Indra Widagda, karena bagaimanapun saya menciptakan batik itu tetap batik klasik Yogyakarta. Nah kampuh ini memang berbeda karena semua prosesi untuk membikin kampuh saya lakukan, misal sebelum dibatik ada prosesi wilujengan dan batiknya disimpan dulu di Dalem Ageng selama satu malam. Setelah prosesi wilujengan, baru saya mulai membatik," ungkap GKBRAA Paku Alam.
Lebih lanjut GKBRAA Paku Alam mengungkapkan, tidak semua naskah kuno bisa direpresentasikan dalam wujud wastra batik.
"Sebelum saya membatik gambar-gambar atau iluminasi yang ada di naskah, saya minta izin pada leluhur dulu apakah ini bisa dibatik atau tidak dan saya berharap apa yang saya lakukan sudah benar. Sebab bagaimana juga, naskah-naskah kuno di Kadipaten Pakualaman itu sakti, jadi saya tidak boleh sembarangan untuk membatik. Di sisi lain, saya ingin menyosialisasikan filosofi-filosofi, ajaran-ajaran yang ada di dalam naskah-naskah kuno tersebut melalui media batik," terangnya.
Khusus untuk Dhaup Ageng putra bungsunya kali ini, GKBRAA Paku Alam terinspirasi dari sosok Bathara Indra, salah satu bhatara yang ada di lokapala.
"Dan itu adalah ajaran asthabrata, ajaran kepemimpinan yang mengacu pada 8 dewa lokapala. Salah satunya adalah Bhatara Indra. Sewaktu menikahkan putra pertama, itu juga ada temanya yakni Bhatara Surya, juga ada di dalam asthabrata. Adapun kali ini, ternyata anak bungsu saya gemar belajar. Padahal sewaktu kecil dari kuliah sekalipun, dia itu anak band yang rambutnya pun pernah panjang hingga pinggang. Tapi ternyata di balik kesukaan dia nge-band, gambar, ternyata dia senang belajar dan sekarang masih menempuh pendidikan S3 di Osaka University, Jepang," terang GKBRAA Paku Alam.
"Maka itulah mengapa saya memakai tema Bhatara Indra pada Dhaup Ageng pernikahan putra kami yang kedua," tambahnya.
11 Varian Motif Batik Indra Widagda
Adapun 11 varian motif batik yang akan digunakan dalam Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman di antaranya Batik Indra Widagda, Indra Widagda Jatmika, Indra Widagda Trajutrěsna, Indra Widagda Wariga Adi, Parang Indra Widagda, Parang Indra Palupi.
Selanjutnya, Indra Widagda Dipta Sěntana, Indra Widagda Mitra Rumpaka, Indra Widagda Abdya Rumpaka, Indra Widagda Sěntana Puraksa dan Indra Widagda Kusumastuti.
"Motif Indra Widagda merupakan motif pertama yang dibuat berdasarkan iluminasi Bathara Indra dalam naskah ‘Sěstradisuhul’ dan ‘Sěstra Agěng Adidarma’. ‘Widagda’ artinya pandai, Bathara Indra sangat memperhatikan pendidikan, dan sebagai pemimpin selalu berusaha mencerdaskan mereka yang dipimpinnya. Motif ini menginspirasi penciptaan ragam batik Indra Widagda yang menjadi tema kain batik di ‘Dhaup Ageng’," urai GKBRAA Paku Alam .
Kain batik Indra Widagda ini dikenakan BPH Kusumo Kunto Nugroho dan dr. Laily Annisa Kusumastuti pada acara Ijab/Akad Nikah.
Prosesi Kondur Besan Akan Tutup Rangkaian Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman |
![]() |
---|
Ganjar Pranowo Hadiri Pahargyan Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman bersama Ribuan Tamu Undangan |
![]() |
---|
Prosesi Dhaup Ageng Pakualaman Berdampak Positif bagi Pariwisata Kota Yogya |
![]() |
---|
Tamu Undangan Pahargyan Dhaup Ageng Pakualaman Disajikan Menu Langka Setup Jambu dan Garulina |
![]() |
---|
Anies Baswedan Hadiri Pahargyan Dhaup Ageng Pakualaman : Cerminkan Tingginya Nilai Budaya Jawa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.