Pengetahuan Umum PKN

PKN Kelas 9: Pertempuran Bersejarah Mempertahankan Kemerdekaan NKRI

Terjadinya pertempuran di Surabaya diawali dengan kedatangan brigade 29 dari divisi India dibawah pimpinan Brigadir Mallaby pada tanggal 25 oktober 19

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
ist
Bung Tomo pemimpin pertempuran 10 nevember 

TRIBUNJOGJA.COM - Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, ancaman terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap datang. Salah satunya adalah kedatangan Belanda.

Belanda sebagai salah satu anggota Sekutu yang memenangkan Perang Dunia II, menyatakan berhak atas Indonesia karena sebelumnya mereka menjajah Indonesia.

Mereka datang dengan membentuk Netherlands- Indies Civil Administration (NICA) dengan menumpang dalam Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI).

Kedatangan Belanda dengan menumpang AFNEI mendapat perlawanan bangsa Indonesia. Apalagi setelah secara terang-terangan Belanda mulai menduduki wilayah Indonesia.

Berikut sebagian perjuangan melawan Belanda secara fisik mempertahankan kemerdekaan,

a. Pertempuran Surabaya Tanggal 10 November 1945

Terjadinya pertempuran di Surabaya diawali dengan kedatangan brigade 29 dari divisi India dibawah pimpinan Brigadir Mallaby pada tanggal 25 oktober 1945. Namun kedatangannya tersebut mengakinatkan terjadinya kerusuhan dengan pemuda karena adanya penyelewengan kepercayaan oleh pihak sekutu.

Pada tanggal 27 oktober 1945 pemuda Surabaya berhasil memporakporandakan kekuatan sekutu. Kemudian untuk menyelesaikan insiden tersebut diadakan perundingan, namun saat perundingan terjadi insiden Jembatan Merah Brigadir Mallaby tewas.

Tanggal 9 November 1945 tentara sekutu mengeluarkan ultimatum yang isinya agar para pemilik senjata menyerahkan senjatanya kepada sekutu sampai pada tanggal 10 november 1945 jam 06.00.

Ultimatum tersebut tidak dihiraukan oleh rakyat Surabaya, akibatnya pecahlah perang di Surabaya pada tanggal 10 november 1945. Bung Tomo melalui Radio pemberontakan mengobarkan semangat perlawanan Pemuda Surabaya agar pantang menyerah kepada penjajah.

Pertempuran ini merupakan pertempuran yang paling dahsyat yang menelan korban 15.00 orang, yang kemudian peristiwa 10 november ini diperingati sebagai Hari Pahlawan oleh seluruh bangsa Indonesia.

b. Perlawanan terhadap Agresi Militer Belanda

Untuk menguasai seluruh wilayah Indonesia Belanda melancarkan agresi milier sebanyak dua kali. Agresi Militer I dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 1947, dengan menguasai daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur .

Indonesia mengadukan Agresi Militer ini ke masyarakat Internasional, dan akhirnya atas tekanan resolusi PBB akhirnya tercapai gencatan senjata.

Agresi militer II dilakukan kembali pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya.

Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.

Setelah Yogyakarta dikuasai Belanda perlawanan bangsa Indonesia merubah strategi dengan cara perang gerilya. Salah satu hasil perang gerilya adalah serangan umum tanggal 1 Maret 1949, yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman. Serangan ini memberi dampak bagi dunia internasional tentang keberadaan NKRI.

c. Perang Geriliya

Perlawanan bangsa Indonesia juga menggunakan strategi perang gerilya, yaitu perang dengan berpindah-pindah tempat. Sewaktu-waktu menyerang berbagai posisi tentara Belanda baik di jalan maupun di markasnya.

Salah satu perang gerilya dipimpin oleh Jenderal Soedirman. Beliau bergerilya dari luar kota Jogyakarta selama delapan bulan ditempuh kurang lebih 1000 km di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Setelah berpindah-pindah dari beberapa desa rombongan Soedirman kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949.

Kolonel A.H. Nasution, selaku Panglima Tentara dan Teritorium Jawa menyusun rencana pertahanan rakyat Totaliter yang kemudian dikenal sebagai Perintah Siasat No 1.

Salah satu pokok isinya ialah : Tugas pasukan-pasukan yang berasal dari daerah-daerah federal adalah ber-wingate (menyusup ke belakang garis musuh) dan membentuk kantong-kantong gerilya sehingga seluruh Pulau Jawa akan menjadi medan gerilya yang luas.

Salah satu pasukan yang harus melakukan wingate adalah pasukan Siliwangi. Pada tanggal 19 Desember 1948 bergeraklah pasukan Siliwangi dari Jawa Tengah menuju daerah-daerah kantong yang telah ditetapkan di Jawa Barat.

Perjalanan ini dikenal dengan nama Long March Siliwangi. Perjalanan yang jauh, menyeberangi sungai, mendaki gunung, menuruni lembah, melawan rasa lapar dan letih dibayangi bahaya serangan musuh.

 

(MG An-Nafi)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved