Berita Bantul Hari Ini

Mengenal Kue Satu 'Lia' Bu Wasi, Jajanan Jadul Yang Masih Eksis di Pasaran

Sejak 1997, sepasang kekasih tersebut telah menggeluti bisnis kue satu dengan maksud ingin melestarikan budaya kuliner zaman dulu.

Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Neti Istimewa Rukmana
Sejumlah pekerja sedang membuat kue satu di rumah produksi Kue Satu 'Lia' Bu Wasi di Padukuhan Sulang Kidul, Kalurahan Patalan, Kapanewon Jetis, Kabupaten Bantul, Rabu (29/11/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Lembut dan gurih di lidah, itu lah ciri khas dari produk kue satu yang kerap dijumpai di pasaran.

Seperti halnya kue satu yang diproduksi oleh sepasang suami dan istri bernama Kamijan (62) dan Wasiati (58), asal Padukuhan Sulang Kidul, Kalurahan Patalan, Kapanewon Jetis, Kabupaten Bantul

Sejak 1997, sepasang kekasih tersebut telah menggeluti bisnis kue satu dengan maksud ingin melestarikan budaya kuliner zaman dulu.

Baca juga: Tayang Perdana di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2023, Serial Tira Dapat Sambutan Meriah

"Kue satu itu dulu populer. Nah, kami ingin melestarikan budaya dari si mbah-si mbah, khususnya makanan kue satu itu," kata Kamijan kepada wartawan di tempat produksinya di wilayah Padukuhan Sulang Kidul, Rabu (29/11/2023).

Dalam sehari, pihaknya mampu memproduksi sekitar 100 pack kue satu yang masing-masing berisi 10 bungkus kue satu.

Kue-kue itu, kemudian dijual di sejumlah titik tempat oleh-oleh hingga pedagang di pasar-pasar di Kabupaten Bantul

"Produk kue satu dari kami, kami jual lewat pedagang-pedagang. Ada di Pasar Imogiri, ada di Pasar Gatak, dan pasar atau tempat-tempat lainnya," jelas Kamijan.

Adapun harga kue mereka yang diberi lebel Kue Satu 'Lia' Bu Wasi, per bungkusnya dapat dibandrol sejumlah Rp5.000 - Rp10.000.

Perbedaan harga itu diberikan berdasarkan ukuran besar dan kecil dari produk Kue Satu 'Lia' Bu Wasi. 

Proses Produksi Kue Satu

Kamijan menyebutkan bahwa produksi kue satu di tempatnya dilakukan pada setiap hari dengan empat orang pekerja yang terdiri atas sejumlah keluarga Kamijan dan Wasiati, serta sejumlah warga setempat.

"Awalnya produksi itu hanya dilakukan oleh istri saya, tapi lama-lama asa orderan banyak jadi nambah pekerja. Ada dari keluarga kami, ada juga dari warga setempat," terang Kamijan.

Kamijan menjelaskan, proses pembuatan kue satu tersebut dilakukan secara manual atau tanpa campur tangan mesin maupun alat modern. 

"Mula-mula kami siapkan bahannya dulu. Bahannya hanya dua. Hanya beras ketan yang sudah digoreng dan digiling menjadi tepung. Kemudian ada gula jawa yanh diparut menjadi halus," tutur dia.

"Setelah itu, dua bahan itu dicampur sampai merata dan dituang ke cetakan menggunakan cetakan dari kayu jati," lanjutnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved