PLN Icon Plus Hadirkan PLTS Atap untuk Dorong Percepatan Green Energy
Produk layanan PLTS Atap ini merupakan terobosan baru dalam mendukung program pemerintah untuk mengurangi emisi karbon demi mengurangi polusi udara.
Penulis: Santo Ari | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM - PLN Icon Plus SBU Regional Jawa Bagian Tengah, menghadirkan produk layanan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap atau PV Rooftop.
Produk layanan PLTS Atap ini merupakan terobosan baru dalam mendukung program pemerintah untuk mengurangi emisi karbon demi mengurangi polusi udara.
PLN Icon Plus akan membangun PLTS Atap berkapasitas 1,9 MegaWattpeak (MWp) untuk PT AST Indonesia, Perusahaan PMA Jepang yang bergerak di bidang Music Instruments dan Wooden Product, WoodWorking Manufacturing di Semarang.
Pembangunan PLTS Atap oleh PLN Icon Plus untuk PT AST Indonesia ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan kerjasama antara PLN Icon Plus dengan PT AST Indonesia, Selasa (26/9/2023) kemarin di Semarang.
Penandatanganan dilakukan oleh Senior Manager PLN Icon Plus Regional Jawa Bagian Tengah, Deri Prasetio Utomo dengan Presiden Direktur PT AST Indonesia, Hiroyuki Miyazaki.
Hadir menyaksikan Direktur Utama PLN Icon Plus, Ari Rahmat Indra Cahyadi, GM PLN UID Jawa Tengah & DIY, M. Soffin Hadi yang diwakili Manajer PLN UP3 Semarang, Suparje Wardiyono.
Direktur Utama PLN Icon Plus, Ari Rahmat Indra Cahyadi mengapresiasi kerjasama antara kedua pihak. Kerjasama ini menunjukkan komitmen bersama antara Stakeholder di Indonesia.
“Dunia industri seperti PT AST Indonesia dan juga PLN Icon Plus sebagai bagian dari PLN Group bersama meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan, serta mengupayakan penurunan polusi udara yang disebabkan adanya aktifitas industri," ujar Ari.
Ia pun berterimakasih atas kepercayaan yang diberikan oleh PT. AST Indonesia kepada PLN Icon Plus dalam membangun PLTS Atap.
“Ini menandai bahwa Kota Semarang juga mendukung penggunaan energi baru terbarukan di Indonesia,” imbuhnya.
Dengan kapasitas total mencapai 1,9 MWp dan akan dibangun di dua lokasi dari PT. AST Indonesia, menjadi PLTS Atap yang terbesar dan pertama di Kota Semarang.
PLTS Atap ini diharapkan menjadi sebuah solusi untuk mengurangi emisi karbon industri yang dihasilkan.
Adapun pemasangan PLTS Atap direncanakan akan mulai dapat beroperasi secara penuh pada Januari 2024.
Sementara itu Presiden Direktur PT AST Indonesia, Hiroyuki Miyazaki, mengapresiasi cepatnya proses permohonan perijinan yang di keluarkan oleh PLN.
Selain itu Hiroyuki berharap tahapan pekerjaan berjalan ini akan sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati.
“Sebelumnya kami sempat terkendala dalam implementasi PLTS Atap ini, namun dengan hadirnya Tim PLN Icon Plus, implementasi ini dapat berjalan. Harapan kami, pembangunan PLTS Atap bisa dilaksanakan tepat waktu dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan dalam bekerja,” tandasnya.
Ketentuan Pemasangan PLTS Atap
PLN berharap kedepan dengan adanya kesepakatan kerjasama instalasi PLTS Atap di PT. AST Indonesia ini, akan diikuti juga oleh industri yang lain di Jawa Tengah dan DIY bahkan diseluruh Indonesia.
Hal ini dikarenakan sebagai bentuk komitmen mendukung energi baru terbarukan yang dicanangkan Pemerintah, dalam hal ini oleh Kementerian ESDM.
Tak hanya gedung perkantoran, kini perumahan pun bisa memasang PLTS Atap yang on-grid dengan jaringan listrik PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero), yang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 49 Tahun 2018 tentang Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap oleh Konsumen PLN.
Melalui peraturan ini, masyarakat juga bisa membayar tagihan listrik lebih murah melalui ‘ekspor-impor’ listrik dengan PLN.
Besaran penghematan berbeda-beda tergantung pada kapasitas daya yang dihasilkan serta besaran penggunaan listrik keseluruhan.
Bagi masyarakat yang berminat memasang PLTS Atap, ada beberapa ketentuan yang telah diatur dalam Permen ESDM Nomor 49 Tahun 2018, antara lain:
1. Kapasitas maksimum sistem PLTS Atap adalah 100 persen dari daya tersambung pelanggan PLN;
2. Perhitungan ekspor-impor sistem PLTS Atap dihitung berdasarkan nilai kWh ekspor yang tercatat pada meter kWh ekspor-impor x 65 persen . Surplus ekspor akan diakumulasikan pada bulan berikutnya sebagai kWh pengurang tagihan. Setiap tiga bulan jika masih terjadi surplus maka akan dinihilkan (reset ke 0);
3. Instalasi Sistem PLTS Atap wajib memiliki Sertifikat Laik Operasi (SLO), SLO Instalasi Sistem PLTS Atap dengan kapasitas sampai dengan 25 kiloWatt (kW) merupakan bagian dari SLO instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah.
4. Konsumen PLN dari golongan tarif industri dikenai biaya kapasitas (capacity charge) dan biaya pembelian energi listrik listrik darurat (emergency energy charge). Pengaturan biaya kapasitas bagi pengguna PLTS Atap golongan industri yang tersambung dengan PLN (on-grid) mengacu pada Permen ESDM No. 01 Tahun 2017;
5. Konsumen PT PLN yang berminat memasang PLTS Atap harus mengajukan permohonan pembangunan PLTS Atap kepada PLN Wilayah/Distribusi;
6. Pemasangan PLTS Atap harus dilakukan oleh badan usaha (perusahaan) yang memiliki sertifikat badan usaha ketenagalistrikan dan ijin usaha pemasangan dan penyambungan instalasi listrik (instalatir bersertifikat).
Instalasi yang telah memenuhi SPLN dan SNI yang mengatur tentang keamanan dan keselamatan instalasi dapat dilihat pada link berikut : daftar badan usaha pembangunan dan pemasangan.(*)
Barca Cari Solusi Penuhi Regulasi Keuangan La Liga, Akankah Fermin Dilepas |
![]() |
---|
Kukuhkan Bulan Dana PMI 2025, Wali Kota Magelang Ajak Masyarakat Peduli Sesama |
![]() |
---|
Klarifikasi Pihak Vidio dan IEG Kasus Siaran Liga Inggris di Klaten Berujung Lapor ke Polisi |
![]() |
---|
Status Mahasiswa Magister UGM Kampus Jakarta Jadi Aktor Intelektual Pembunuhan Kacab Bank |
![]() |
---|
Kota Terbuat dari Rindu, Faktanya Yogyakarta Justru Jadi Kota dan Provinsi Kesepian di Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.