DI Yogyakarta Terdampak Kekeringan
Program Sumur Bor untuk Atasi Kekeringan Dinilai Tak Berjalan Maksimal, Ini Tanggapan Pemda DIY
DPUPESDM DIY menegasksn program sumur bor yang dijalankan di sejumlah wilayah untuk mengatasi kekeringan sudah melalui tahap perencanaan dan kajian
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUPESDM) DIY menanggapi pernyataan kalangan legislatif yang menyebut bahwa program sumur bor untuk mengatasi kekeringan tidak berjalan maksimal.
Dinas PUPESDM DIY menegasksn program sumur bor yang dijalankan di sejumlah wilayah untuk mengatasi kekeringan sudah melalui tahap perencanaan dan kajian sebelum dimulai pengerjaannya.
"Pengerjaan sumur bor itu kan merupakan usulan masyarakat dan kami kaji terlebih dahulu dengan survei identifikasi desain dengan geo listrik dan di lokasi kita cek apakah ada air atau tidak," kata Kepala DPUPESDM DIY, Anna Rina Herbranti, saat dikonfirmasi pada Senin (25/9/2023).
Anna menjelaskan saat pelaksanaan survei petugas melihat berdasarkan kajian bahwa titik yang akan dilakukan pengeboran memang cocok sebagai sumber air.
Teknik pengeboran yang dilakukan pun menurutnya tidak sembarangan.
"Yang diambil kan memang air dalam atau 50 meter ke bawah, yang di atas nggak boleh diambil karena akan mengganggu sumber air warga. Itu syarat teknis yang jadi acuan kami," jelasnya.
Teknisi yang bekerja juga masih harus mengukur debit air ketika pengeboran sudah dilakukan.
Jika air yang keluar dari pengeboran mencapai setengah liter per detik, maka pembuatan sumur bor dapat dilanjutkan.
"Setelah dibor dan airnya keluar itu gak langsung beres. Kalau air yang keluar kurang dari setengah liter per detik, itu ga bisa dilanjutkan. Itu pengecekannya juga 24 jam, apakah mengalir terus saat dipasang, kalau tidak penuhi syarat akan geser di titik lain," panjut Anna.
Setelah sumur bor rampung dibuat pengelolaannya akan diserahkan kepada Pemerintah Desa atau Kalurahan terkait.
Lantaran sumur bor menggunakan sumber listrik maka dalam pemeliharaannya dibutuhkan iuran listrik bagi warga setempat.
Pihaknya belum mengetahui masalah yang diberitakan tentang banyaknya sumur bor yang rusak itu dan berjanji akan mengecek.
"Kami hanya membuat sumur bor saja berikut bak penampungan dengan kapasitas 5.000 liter. Untuk pengelolaan dan pemeliharaan memang dari desa atau kalurahan. Bisa jadi mungkin masalahnya di perawatan, tapi akan kami cek," ujarnya.
Program sumur bor dari Pemda DIY sudah diterapkan sejak 2021 lalu dengan rencana titik sebanyak 56 tersebar di wilayah yang kerap kali menjadi langganan kekeringan.
"Pada tahun ini kami tambah lagi menjadi 22 titik dengan rincian 15 di Gunungkidul dan 7 di Kulonprogo," ujarnya.
Hujan Tak Kunjung Turun, Benih Padi Petani di Sleman Terancam Gagal Tumbuh |
![]() |
---|
Lama Tak Hujan, Warga di 3 Kalurahan di Sleman Masih Krisis Air Bersih |
![]() |
---|
Imbas Kemarau Panjang, Wisata Cave Tubing Gunungkidul Alami Penurunan Debit Air |
![]() |
---|
Atasi Kekeringan, Fasilitas Booster Akan Disediakan di Samigaluh Kulon Progo |
![]() |
---|
Kekeringan Air di Banyurejo, Warga Butuh Droping Air Bersih 32 Ribu Liter Tiap Hari |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.