Human Interest Story
Kisah Eks Napiter di Jogja, Sumpah Setia NKRI dan Alih Profesi Jadi Pedagang Sayur
Agus Melasi menegaskan sumpah setianya kepada NKRI dan tidak lagi menyambung afiliasi dengan jaringan atau organisasi terorisme manapun.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Masalah terorisme seakan menjadi momok bagi pemerintah Republik Indonesia, seiring maraknya tumbuh kembang jaringan atau organisasi-organisasi terlarang di tanah air.
Namun, upaya deradikalisasi yang ditempuh oleh berbagai pihak secara serentak pun perlahan mulai membuahkan hasil, khususnya yang menyasar para eks narapidana terorisme (napiter).
Seorang eks napiter yang akhirnya kembali ke jalan yang benar adalah Agus Melasi, warga Dipowinatan, Kota Yogyakarta, yang sebelumnya sempat berafiliasi dengan jaringan teroris internasional.
Agus pun mengisahkan, dirinya ditangkap oleh Densus 88 Antiteror Mabes Polri, pada 2019 lalu dan dijatuhi vonis hukuman 3,5 tahun kurung badan.
Akan tetapi, setelah dinyatakan bebas pada 2021 silam, ia menegaskan sumpah setianya kepada NKRI dan tidak lagi menyambung afiliasi dengan jaringan atau organisasi terorisme manapun.
Berkat komitmennya itu, Agus pun menjadi salah satu eks napiter yang mendapat pembinaan dari Badan Intelijen Negara Daerah (Binda) DIY.
Pada Jumat (22/9/23) sore, ia bersama keluarga kecilnya diundang ke Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Yogyakarta, untuk menerima bantuan dari beberapa pihak.
Selain uang pembinaan, pria 41 tahun juga menerima jaminan perlindungan kecelakaan kerja dan kematian dari BPJS Ketenagakarjaan, serta satu unit kulkas yang akan dimanfaatkan untuk berbisnis.
"Jadi, sekarang kita mau coba jualan sayur di dekat rumah. Itu, kan, butuh freezer, untuk menyimpan sayur, biar tetap segar," ungkapnya.
Agus berharap, usaha baru yang tengah dirintisnya tersebut bisa lancar, seiring dengan stigma negatif dari warga masyarakat yang mulai mereda.
Ia pun mengakui, selepas lebih kurang tiga tahun menghirup udara bebas, pandangan miring penduduk terhadapnya mulai mengalami perubahan, berkat ketekunan dan komitmen kuatnya.
"Ada orang yang masih beranggapan negatif. Tapi, kita coba tetap srawung dan memahamkan warga, bahwa kita sudah tidak seperti dulu lagi," ujarnya.
Agus sepenuhnya menyadari, apa yang dilakukannya dulu adalah kesalahan besar, serta berdampak buruk pada kehidupannya sebagai warga negara Indonesia.
Oleh sebab itu, ia mengajak sejawatnya yang masih 'tersesat', ataupun yang sedang menjalani hukuman dan yang sudah bebas, agar segera move on untuk fokus melanjutkan hidup di jalan yang benar.
"Yang dulu-dulu itu nggak benar. Paham kita yang salah. Jadi, mohon ditinggalkan. Lebih baik kita ikut berkontribusi memajukan negeri," cetusnya.
Kisah Zaira Bertels, Bangun Usaha Pemanfaatan Limbah di Sleman Jadi Produk Interior Berskala Ekspor |
![]() |
---|
Cerita Siswi Sekolah Rakyat di Bantul, Sempat Susah Tidur dan Kangen Rumah |
![]() |
---|
Cerita Faishal Ahmad Kurniawan, Putra Bantul yang Lolos Jadi Anggota Paskibraka Nasional 2025 |
![]() |
---|
KISAH Mbah Sutarji, Pejuang Penambal Jalan Berlubang yang Ikhlas Tanpa Minta Imbalan |
![]() |
---|
Kisah Putri Khasanah, Anak Pedagang Asongan di Bantul yang Bisa Kuliah Gratis di UGM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.