Pakar Manajemen Air UGM Sarankan Metode Pemanenan Air untuk Solusi Masalah Kekeringan

Metode pemanenan air hujan diyakini sebagai salah satu cara yang paling efektif untuk mengantisipasi persoalan tersebut.

Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM / Alexander Ermando
Salah satu truk tangki milik BPBD Gunungkidul yang digunakan untuk dropping air bersih. Program dropping berpotensi dihentikan lebih awal lantaran hujan saat ini mulai turun. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Sri Cahyani Putri Purwaningsih

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ancaman kekeringan imbas dari musim kemarau berkepanjangan telah melanda sejumlah daerah di DIY.

Metode pemanenan air hujan diyakini sebagai salah satu cara yang paling efektif untuk mengantisipasi persoalan tersebut.

Pakar Manajemen Air Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Maryono, mengatakan pemanenan air hujan dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana baik skala rumah tangga, industri, perkampungan dan lahan pertanian.

Ia mencontohkan, untuk skala rumah tangga bisa membuat tempat penampungan.

Serta, untuk area pertanian dapat dilakukan dengan kolam konservasi.

"Di Australia sekitar 40 persen rumah di perkotaan sudah memiliki tampungan air hujan. Sementara pedesaan sekitar 60 persen. Kalau di Indonesia masih nol koma sekian persen padahal potensinya besar sekali," kata Agus dalam keterangannya, Selasa (5/9/2023).

Selain itu, kualitas air hujan menurutnya cukup baik sehingga aman dikonsumsi.

Bahkan, dirinya terlibat aktif dalam Gerakan Memanen Hujan Indonesia (GMHI) sejak 2015 silam.

Gama Rain Filter merupakan teknologi pemanenan air hujan yang ia kembangkan.

Teknologi ini telah diterapkan di berbagai wilayag di Indonesia.

"Di beberapa daerah sudah dipasang dan warga yang biasanya harus membeli air di musim kemarau sekarang bisa mendapat stok air yang cukup dari hasil penampungan air hujan," tuturnya.

Disampaikan Agus, terdapat upaya lain yang bisa dilakukan seperti dropping air bersih.

Selain itu, masyarakat juga bisa mencari sumber air yang masih tersedia.

Misalnya sepanjang aliran sungai, sumur bawah tanah maupun merawat kembali sumur-sumur yang tidak terpakai. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved