HUT ke 78 RI

SEJARAH Peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945: Perseteruan Golongan Muda vs Golongan Tua

Inilah cerita sejarah Peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Perseteruan golongan muda vs golongan tua tentang prokalmasi kemerdekaan RI.

KOMPAS/JB SURATNO (via Kompas.id)
CATATAN SEJARAH Peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945 Perseteruan Golongan Muda vs Golongan Tua 

TRIBUNJOGJA.COM - Tepat 78 tahun yang lalu pada hari ini, terjadi Peristiwa Rengasdengklok yang melibatkan golongan muda dan golongan tua.

Kedua golongan yang sama-sama ingin Indonesia merdeka, berseteru adu pendapat tentang kapan kemerdekaan Indonesia harus diproklamasikan.

Mengutip laman Gramedia.com, golongan muda adalah para pemuda pejuang kemerdekaan Indonesia yang berambisi untuk lepas dari penjajahan.

Mereka adalah Sukarni, Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, Dr. Muwardi, Shodanco Singgih, Wikana, Sayuti Melik, Sudiro, BM Diah, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Adam Malik, dan Armansyah.

Di sisi lain, golongan tua adalah Soekarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, para anggota dan pengurus Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Catatan sejarah sebelum Peristiwa Rengasdengklok

Foto handout ini diambil pada 6 Agustus 1945 oleh Angkatan Darat AS dan dirilis oleh Hiroshima Peace Memorial Museum, menunjukkan asap berbentuk jamur dari ledakan bom atom yang dijatuhkan dari B-29 Enola Gay di atas Kota Hiroshima. Pada 73 tahun lalu, Agustus 1945, AS menjatuhkan bom 'Little Boy' di Kota Hiroshima, Jepang, sebagai tahap akhir PD II yang menewaskan lebih dari 120.000 orang. Setelah Hiroshima, Kota Nagasaki menjadi sasaran berikutnya.
Foto handout ini diambil pada 6 Agustus 1945 oleh Angkatan Darat AS dan dirilis oleh Hiroshima Peace Memorial Museum, menunjukkan asap berbentuk jamur dari ledakan bom atom yang dijatuhkan dari B-29 Enola Gay di atas Kota Hiroshima. Pada 73 tahun lalu, Agustus 1945, AS menjatuhkan bom 'Little Boy' di Kota Hiroshima, Jepang, sebagai tahap akhir PD II yang menewaskan lebih dari 120.000 orang. Setelah Hiroshima, Kota Nagasaki menjadi sasaran berikutnya. (AFP PHOTO/HIROSHIMA PEACE MEMORI)

Ada beberapa peristiwa sejarah penting yang menjadi latar belakang terjadinya Peristiwa Rengasdengklok.

6 Agustus 1945

Pada tanggal 6 Agustus 1945, Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bom di Hiroshima, Jepang. Bom atom uranium jenis bedil itu diberi nama Little Boy. 

Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman meminta Jepang menyerah 16 jam kemudian.

Ia juga memberi peringatan akan adanya "hujan reruntuhan dari udara yang belum pernah terjadi sebelumnya di muka bumi." 

9 Agustus 1945

Tiga hari kemudian, pada tanggal 9 Agustus 1945, AS menjatuhkan bom di Nagasaki, Jepang.

Bom plutonium jenis implosi itu diberi nama Fat Man.

Dalam kurun 2 - 4 bulan pertama setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki terjadi, ada setidaknya 90.000 - 146.000 orang tewas di Hiroshima dan 39.000 - 80.000 orang tewas di Nagasaki.

Kurang lebih separuh korban di setiap kota tewas pada hari pertama bom Hiroshima dan Nagasaki.

Pada bulan-bulan seterusnya, banyak orang yang tewas karena efek luka bakar, penyakit radiasi, dan cedera lain disertai sakit dan kekurangan gizi. 

Sebagian besar korban tewas di Hiroshima dan Nagasaki merupakan warga sipil.

Baca juga: Sejarah Bom Atom "Little Boy" Hancurkan Hiroshima dan Nagasaki Hingga Buat Jepang Menyerah

15 Agustus 1945

Dikutip Tribunjogja.com dari Kompas.com, pada tanggal 15 Agustus 1945, pihak Jepang resmi mengumumkan menyerah kepada Sekutu.

Pengumuman itu disampaikan secara langsung oleh Kaisar Jepang Hirohito yang tampil di radio nasional. 

Peristiwa Jepang menyerah pada Sekutu tercatat dalam buku “Kaigun, Angkatan Laut Jepang, Penentu Krisis Proklamasi” (2007) karya Suhartono W. Pranoto.

Disebutkan bahwa suara Kaisar Jepang disiarkan pada tanggal 15 Agustus 1945 siang melalui radio nasional.

Berita kekalahan Jepang atas Sekutu sempat dirahasiakan oleh pasukan Jepang.

Namun, kabar Jepang menyerah kepada Sekutu akhirnya sampai juga ke telinga para pemuda Indonesia.

Para pemuda mendengar kabar Jepang menyerah kepada Sekutu lewat siaran radio BBC milik Inggris.

Mendengar kabar itu, pemuda Indonesia langsung bertindak.

PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Foto peristiwa Rengasdengklok. Bung Hatta sedang berdiri menyatakan pendapatnya tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Foto peristiwa Rengasdengklok. Bung Hatta sedang berdiri menyatakan pendapatnya tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia. (DOK. KOMPAS/JB SURATNO (via Kompas.id))

Peristiwa Rengasdengklok memiliki makna tersendiri bagi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Tidak hanya menjadi nama bagi sebuah tempat, Peristiwa Rengasdengklok menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia.

Peristiwa Rengasdengklok bermula pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03:00 WIB.

Saat itu, Soekarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, oleh golongan muda.

Sebelumnya, pada tanggal 15 Agustus 1945, golongan muda sudah sempat berdiskusi dengan golongan tua tentang mendeklarasikan kemerdekaan. Namun, mereka tidak mencapai kesepakatan.

Akhirnya, golongan muda menculik Soekarno dan Hatta, membawa mereka ke Rengasdengklok, mendesak agar mereka mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Mengutip laman resmi Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok), Ibu Fatmawati dan Guntur juga ikut serta dibawa ke Rengasdengklok.

Rumah bersejarah dalam peristiwa Rengasdengklok. Golongan muda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
Rumah bersejarah dalam peristiwa Rengasdengklok. Golongan muda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. (DOK. KOMPAS/IMAM NUR ROSYADI (via Kompas.id))

Menghadapi desakan golongan muda, prinsip Soekarno dan Hatta masih tidak goyah. Mereka tidak ingin terburu-buru menyatakan Indonesia merdeka.

Sepanjang hari tanggal 16 Agustus 1945, seakan tidak ada kesepakatan antara golongan tua dan golongan muda.

Kemudian, Ahmad Soebardjo datang ke Rengasdengklok, berusaha membujuk golongan muda untuk melepaskan Soekarno-Hatta.

Golongan muda pun bersedia melepaskan Soekarno-Hatta dengan jaminan bahwa proklamasi akan terjadi esok hari (tanggal 17 Agustus 1945).

Malam itu juga, rombongan golongan tua dan golongan muda berangkat ke Jakarta, menuju rumah Laksamana Maeda di Meiji Dori Nomor 1.

Setibanya di sana, Laksamana Maeda mempersilakan Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo untuk menemui Gunseikan (Kepala Pemerintahan Militer) Jenderal Moichiro Yamamoto, membahas upaya tindak lanjut yang akan dilakukan. 

Laksamana Muda Tadashi Maeda (Laksamana Maeda), perwira tinggi Angkatan Laut Jepang yang rumahnya digunakan sebagai markas Indonesia, tempat menyusun teks proklamasi kemerdekaan RI.
Laksamana Muda Tadashi Maeda (Laksamana Maeda), perwira tinggi Angkatan Laut Jepang yang rumahnya digunakan sebagai markas Indonesia, tempat menyusun teks proklamasi kemerdekaan RI. (DOK. KOMPAS.com)

Baca juga: INILAH Penampakan Rumah Bersejarah Tempat Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI, Kini Jadi Museum

Namun, setibanya di Markas Gunseikan di kawasan Gambir, mereka bertiga mendapat jawaban yang mengecewakan.

Jenderal Nishimura yang mewakili Gunseikan melarang segala bentuk upaya perubahan situasi. 

Jika ingin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, mereka diharuskan menunggu Sekutu datang.

Hal tersebut membuat Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo bersepakat bahwa Jepang sudah tidak dapat diharapkan lagi.

Mereka kemudian sependapat dengan golongan muda, bahwa kemerdekaan harus segera dirancang secepatnya.

Selanjutnya, anggota PPKI yang menginap di hotel Des Indes segera dikawal oleh Sukarni dan kawan-kawan menuju rumah Laksamana Maeda.

Bung Karno, Bung Hatta, dan Ahmad Soebardjo sedang menyusun teks proklamasi kemerdekaan RI di ruang makan Laksamana Maeda. Foto Ruang Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI di Museum Naskah Proklamasi.
Bung Karno, Bung Hatta, dan Ahmad Soebardjo sedang menyusun teks proklamasi kemerdekaan RI di ruang makan Laksamana Maeda. Foto Ruang Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI di Museum Naskah Proklamasi. (DOK. Museum Naskah Proklamasi)

Tanggal 16 Agustus 1945 malam sampai 17 Agustus 1945 dini hari, golongan tua dan golongan muda merencanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Pada 17 Agustus 1945 pukul 03:00 WIB, naskah proklamasi disusun oleh Soekarno, Hatta, dan Soebardjo di ruang makan Maeda. 

Naskah sebanyak dua alinea yang penuh dengan pemikiran tersebut selesai dibuat dalam 2 jam.

Sayuti Melik yang didampingi BM Diah mengetik naskah proklamasi. Foto Ruang Pengetikan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI di Museum Naskah Proklamasi
Sayuti Melik yang didampingi BM Diah mengetik naskah proklamasi. Foto Ruang Pengetikan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI di Museum Naskah Proklamasi (DOK. Museum Naskah Proklamasi)

Naskah kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. 

Tanpa waktu lama, Sayuti Melik didampingi BM Diah lalu mengetik naskah proklamasi. 

Setelah itu, naskah diserahkan kembali kepada Soekarno untuk ditandatangani.

Pada 17 Agustus 1945 pukul 10:00 WIB, di halaman rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta, naskah proklamasi dibacakan dalam suasana khidmat. 

Prosesi tanpa protokol tidak menghalangi gelora euforia rakyat dalam merayakan dan menyebarluaskan berita luar biasa, bahwa INDONESIA TELAH MERDEKA. (Tribunjogja.com/ANR)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved