Kirab Bregada Puncak Peringatan Hari Jadi ke-192 Bantul

Kirab tersebut dilakukan dengan mengangkat tema Nyawiji Mbangun Nagari, Resik Lingkungane, Sehat Lan Makmur Wargane.

TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
Pelaksanaan Kirab Bergada Hari Jadi ke-192 Kabupaten Bantul, Minggu (23/7/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Puncak Peringatan Hari Jadi ke-192 Kabupaten Bantul ditandai dengan Kirab Bregada yang dilaksanakan dari depan Rumah Dinas Bupati Bantul hingga Simpang Empat Paseban, Minggu (23/7/2023) siang.

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, berujar kirab tersebut dilakukan dengan mengangkat tema Nyawiji Mbangun Nagari, Resik Lingkungane, Sehat Lan Makmur Wargane.

Di mana, tema itu masih sesuai dengan tema Peringatan Hari Jadi ke-192 Kabupaten Bantul.

"Kirab itu melibatkan seluruh aparatur sipil negara (ASN), non ASN (di Kabupaten Bantul), bahkan sampai tingkat kalurahan untuk wujudkan komitmen bersama. Mewujudkan Bantul yang nyawiji, resik lingkungane, sehat lan makmur wargane," tuturnya kepada awak media. 

Dengan begitu, seluruh program atau visi misi yang telah digencarkan olehnya dapat segera dicapai bersama seluruh stakeholder, demi pembangunan Kabupaten Bantul yang lebih baik.

"Mulai hari ini, lewat momentum ke-192 Kabupaten Bantul, para ASN harus banyak terjun ke lapangan supaya lebih jelas lihat fakta-fakta ke lapangan tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat. Filosofinya itu," papar Halim.

Tidak heran, acara yang diikuti oleh ribuan orang itu, mampu mencuri atensi dari sejumlah kalangan masyarakat.

Pasalnya, Kirab Budaya tersebut digelar tidak hanya untuk mengguggah semangat baru dalam mencapai kondisi sosial ekonomi masyarakat yang baik, namun juga dilakukan untuk melestarikan budaya atau adat istiadat setempat.

Sehingga, dalam pelaksanaannya, terdapat beragam pertunjukan potensi dari masing-masing kapanewon di Kabupaten Bantul.

Bahkan, seluruh peserta kirab itu pun mengenakan pakaian tradisional yang kental akan nilai budayanya. 

Begitu pula dengan Bupati dan Wakil Bupati Bantul yang terlihat nyaman mengenakan ikat kepala Jawa.

"Kami ingin elaborasi kembali salah satu budaya kita. Budaya berpakaian kita di antaranya adalah ikat. Bukan hanya Sunda dan Bali (yang mempunyai ikat kepala), tapi Yogyakarta (juga) punya ikat (kepala) dan ikat itu (ikat kepala menjadi) simbol pakaian untuk kerja di lapangan," jelas Halim.

Senada dengan Bupati Bantul, Wakil Bupati Bantul, Joko Budi Purnomo, menjelaskan, ikat menjadi penguat visi misi yang harmonis, sejahtera dan memiliki nilai keadilan.

Sehingga, ikat kepala Jawa yang dikenakannya memiliki simbol penting mengenai penguatan kinerja Pemerintah Kabupaten Bantul.

"Filosofinya adalah semangat penguatan kinerja dan itu kami ikat jadi satu kesatuan gerak melangkah bersama mewujudkan Bantul (atau Bumi) Projotamansari sejahtera, demokratis dan agamis," tandas Joko.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved