Jelang HUT Kemerdekaan RI, Jaga Warga Berperan Bangkitkan Semangat Nasionalisme Bersama
Jaga Warga bisa menyampaikan salam merdeka untuk melanjutkan semangat para pendiri bangsa yang sudah menjaga negara Indonesia.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Jaga Warga dinilai menjadi salah satu kelompok yang perlu berperan membangkitkan semangat nasionalisme bersama.
Sebab, Jaga Warga dinilai lebih dekat dengan masyarakat dengan pendekatan yang kultural dan humanis.
“Tentunya, Jaga Warga ini harus meyakini adanya dasar Pancasila dan sekaligus nasionalisme Indonesia,” terang Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto dalam agenda Jagongan Jaga Warga.
Jagongan bertajuk Arti Penting Keamanan Menjelang Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia itu diselenggarakan di Gedung Bumi Putera, Jalan Bintaran Wetan No 11, Kota Yogyakarta, Selasa (18/7/2023).
Agenda juga ditayangkan secara daring di kanal YouTube Tribun Jogja.
Eko mengatakan, Jaga Warga bisa menyampaikan salam merdeka untuk melanjutkan semangat para pendiri bangsa yang sudah menjaga negara Indonesia.
Apalagi, Yogyakarta juga menjadi bagian dalam sejarah kemerdekaan bangsa.
“Sejarah Yogyakarta ini tak hanya sebelum merdeka, tapi saat kemerdekaan itu juga. Ketika ibukota chaos, Bung Karno dan Bung Hatta, juga Sultan HB IX dan PA VIII sepakat kabinetnya pindah ke Yogyakarta,” jelas Eko.
Dari situ, kata dia, Jaga Warga perlu melihat dari dekat bagaimana Bung Karno memiliki jejak tinggal di Pakualaman di tahun 1946.
Maka, akan muncul perasaan nasional dari Jaga Warga yang bisa ditularkan ke masyarakat sekitar.
Ditambahkan Eko, anggota Jaga Warga sudah memiliki tugas yang sesuai dengan peraturan yang ada.
“Jaga Warga sempat menjadi garda pencegahan Covid-19. Maka di tahun anggaran 2021, ada Rp 26,1 miliar untuk penanggulangan Covid-19. Kota Yogya dapat Rp 3,5 miliar. Ada juga alat pencegahan Covid-19, seperti hazmat, tabung oksigen dan lain-lain,” tuturnya.
Sementara, tokoh masyarakat Totok Hedi Santoso mengatakan, Jaga Warga yang tumbuh dari masyarakat memiliki peran strategis meningkatkan semangat nasionalisme.
“Jaga Warga lebih bisa mendialogkan tentang nasionalisme kepada para pemuda karena memiliki pendekatan yang lebih tidak represif dan kultural,” papar Totok.
Totok meyakini, setiap manusia memiliki keterbukaan satu dengan yang lain. Maka, Jaga Warga bisa mengelaborasi tanpa adanya benturan peradaban.
Menurut Totok, elaborasi bisa terjadi di peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang selalu jatuh tanggal 17 Agustus.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DIY, Noviar Rahmad menambahkan, Satpol PP DIY tak bisa berdiri sendiri untuk menjaga ketentrama dan perlindungan warga.
Dia mengungkap, hanya ada 1.700 petugas Satpol PP di DIY. Padahal, warga DIY sendiri ada sekitar 3,8 juta.
“Dengan jumlah itu, ditambah TNI yang hanya 3.000-an, polisi 7.000-an, tidak sebanding dengan jumlah penduduk,” terangnya.
Dengan jumlah penduduk yang cukup padat, kata Noviar, potensi konflik akan selalu ada. Apalagi dengan anak muda yang memiliki energi berlebih.
“Makanya ada Jaga Warga ini yang di bawah koordinasi Satpol PP DIY atau Kabupaten atau Kota. Gunanya untuk menyelesaikan konflik sosial, termasuk kejahatan jalanan seperti klitih,” jelas Noviar.
Hingga kini, dikatakannya, ada 117 genk berbasis sekolah di SMP dan SMA. Mereka bukan organisasi resmi, tapi berbasis sekolah yang bergerak di luar sekolah.
Sehingga, ketika kepala sekolah ditanya terkait organisasi itu, jawabannya tidak tahu.
“Nah ini memicu perkelahian antargenk. Mereka berafiliasi dengan alumni. Kami dengan TNI Polri melakukan patroli di tempat yang mungkin dimana mereka berkelahi atau memunculkan aktualisasi diri,” katanya.
“Maka, pas di kantor polisi, motifnya tidak ada. Beda dengan begal yang motifnya merampok. Genk ini adanya untuk aktualisasi diri,” papar Noviar.
Maka, diharapkannya, Jaga Warga di setiap daerah mampu meredam di tingkat preventif, bukan represif.
Sebab, di tingkat represif, akan ditangani oleh TNI, Polri maupun Satpol PP.
“Setiap daerah sudah punya peraturan jam anak. Mereka tidak boleh keluar dari rumah dari jam tertentu. Nanti yang mengawasi itu Jaga Warga,” terangnya.
Dijelaskannya, Jaga Warga kini sudah didampingi oleh satu orang polisi yang bersama-sama melakukan kegiatan preventif. (*)
Satpol PP Bantul Tertibkan 28 Spanduk dan 15 Rontek Langgar Aturan |
![]() |
---|
Puluhan Buruh Taru Martani Gelar Unjuk Rasa di DPRD DIY, Sebut Dirut Galak dan Uang Lembur Dipangkas |
![]() |
---|
Buruh di DIY Gelar Aksi di DPRD, Suarakan Enam Tuntutan Nasional |
![]() |
---|
Eko Suwanto Sebut Normalisasi Akan Buat Sungai Di Yogyakarta Asri, Bisa Untuk Wisata Keluarga |
![]() |
---|
Komisi D DPRD DIY Sesalkan Dugaan Kekerasan Terhadap Dokter Residen RSUP Dr Sardjito Yogyakarta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.