Morfologi Kubah Barat di Puncak Merapi Berubah, Suhunya Capai 500 Derajat Celcius

Kubah barat daya diperkirakan memiliki volume sebesar 2.465.900 meter kubik.Sementara suhunya mencapai 500 derajat celcius.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
twitter.com/BPPTKG
Kondisi terkini Gunung Merapi yang dilaporkan meluncurkan awan panas guguran pada Rabu malam 5 Juli 2023 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Hasil foto udara yang dilakukan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG)  Yogyakarta menunjukan adanya perubahan kubah lava di puncak Gunung Merapi.

Dalam foto udara yang dilaksanakan pada 24 Juni lalu, kubah barat daya mengalami sedikit perubahan akibat aktivitas guguran lava dan awan panas guguran.

Kubah barat daya diperkirakan memiliki volume sebesar 2.465.900 meter kubik.

Sementara suhunya mencapai 500 derajat celcius.

Sedangkan kubah tengah, volumenya diperkirakan sebesar 2.346.500 meter kubik dengan suhu 199,7 derajat celcius.

"Pada kubah barat daya teramati titik panas tertinggi mencapai 500 derajat Celsius, dan pada kubah tengah mencapai 199,7 derajat Celsius," kata Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso seperti yang dikutip dari Kompas.com, Senin (10/7/2023).

Menurut Agus, perubahan morfologi kubah di puncak Merapi ini terjadi karena aktivitas guguran lava dan awan panas guguran yang terjadi selama ini.

"Sedangkan untuk kubah tengah tidak teramati perubahan yang signifikan,"jelasnya.

Morfologi kubah tersebut selalu berubah karena menjadi area 

Dampak kubah lava Gunung Merapi keluarnya magma dan sumber guguran lava.

Perubahan tersebut, menurut dia, teramati berdasarkan analisis morfologi pada kubah lava dari stasiun kamera Merbabu, Deles 5, serta Babadan periode 30 Juni-6 Juli 2023.

Kendati demikian, dia menegaskan, perubahan kubah barat daya tidak meningkatkan volume material yang dikeluarkan.

"Perubahan kubah barat daya ini tidak menambah volume secara signifikan, sehingga tidak menambah tingkat bahayanya," terangnya.

kondisi Gunung Merapi terkini

Di sisi lain, Agus membenarkan, saat ini Gunung Merapi masih berstatus Level III atau Siaga.

Berdasarkan pengamatan pada Senin (10/7/2023) pukul 00.00-06.00 WIB, Gunung Merapi masih menunjukkan aktivitas vulkanik berupa guguran lava dan awan panas.

BPPTKG mencatat, asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi, setinggi 100 meter di atas puncak kawah.

Selain itu, teramati pula guguran lava pijar sebanyak 12 kali dengan jarak luncur maksimum 1700 ke arah barat atau Kali Gebeng.

Masih berpotensi bahaya, guguran lava dan awan panas Gunung Merapi, antara lain menuju:

Sektor selatan-barat daya, meliputi: Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer (km) Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.

Sektor tenggara, meliputi: Sungai Woro sejauh maksimal 3 km Sungai Gendol 5 km.

Bukan hanya itu, potensi bahaya juga meliputi lontaran material vulkanik apabila terjadi letusan eksplosif yang dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

Imbauan untuk masyarakat BPPTKG mengimbau, agar masyarakat tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah dengan potensi bahaya di atas.

Masyarakat juga diminta untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi.

Serta, mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar wilayah Gunung Merapi.

"Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," pungkas BPPTKG. (*)

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved