Berita Kota Yogya Hari Ini

Damkarmat Kota Yogyakarta Catat Ada 28 Kebakaran Hingga Pertengahan Tahun 2023 

Memasuki pertengahan tahun 2023 kali ini, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) Kota Yogyakarta mencatat sudah ada 28 kejadian

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
Dok Damkarmat Kota Yogyakarta
Seorang petugas pemdam kebakaran menyemprotkan air pada objek yang terbakar, Senin (10/7/2023) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Memasuki pertengahan tahun 2023 kali ini, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) Kota Yogyakarta mencatat sudah ada 28 kejadian kebakaran di Kota Yogyakarta.

Rekap data tersebut terhitung sejak Januari 2023 sampai dengan awal Juli 2023.

Rinciannya 13 kejadian kebakaran disebabkan karena korsleting listrik, 9 kejadian karena human error atau kelalaian, 4 kejadian belum diketahui, 2 sisanya karena kebocoran gas elpiji.

"Dari kejadian itu paling sering menimpa rumah hunian, itu ada 13 rumah yang terbakar. Sisanya bangunan umum, industri hingga kendaraan bermotor," kata Kasi Ops Pengendalian dan Pemadaman Kebakaran Damkarmat Kota Yogyakarta, Mahargyo dihubungi, Senin (10/7/2023).

Baca juga: Pemuda Asal Klaten yang Berprofesi Sales Pakaian di Malioboro Yogyakarta Dilaporkan Hilang

Dia menjelaskan, penyebab kebakaran tertinggi masih didominasi adanya korsleting listrik.

Penggunaan peralatan listrik yang tidak standar dan terlalu lama dipakai mengakibatkan terjadinya hubungan arus pendek atau korsleting listrik.

"Pemilihan kabel untuk mesin cuci yang masih pakai serat itu kan rawan korslet, dan penggunaan kipas yang sudah lama itu juga memicu korslet apabila sudah rusak," ungkapnya.

Kendati demikian, Mahargyo mengapresiasi kesadaran warga Kota Yogyakarta dimana pemicu kebakaran yang biasanya dikarenakan tabung gas bocor, pada pertangahan tahun ini justru berkurang.

"Kesadaran masyarakat terkait penggunaan tabung gas sudah baik. Tetapi yang masih belum maksimal ya, pemahaman terkait penggunaan peralatan elektronik," ujar Mahargyo.

Dari puluhan kejadian kebakaran yang tercatat tahun ini, sampai dengan saat ini Damkarmat Kota Yogyakarta masih merekap nilai kerugian akibat insiden kebakaran yang telah terjadi.

"Kalau kerugiannya masih kami rekap. Belum diketahui sementara ini total kerugiannya," imbuhnya.

Sementara total kejadian kebakaran sepanjang 2022 silam, Damkarmat Kota Yogyakarta mencatat ada 56 kasus kebakaran di Kota Yogyakarta

Hampir separuh dari kasus-kasus kebakaran tersebut dipicu oleh masalah peralatan dan arus kelistrikan.

Secara rinci, dari 56 kasus kebakaran tersebut 27 atau 48 persen disebabkan masalah listrik, 11 karena kebocoran gas elpiji, 9 karena human error, dan sisanya lain-lain atau belum diketahui penyebabnya. 

Skala kebakaran bervariasi dari kebakaran berskala besar yang menghabiskan bangunan, maupun kebakaran kecil yang hanya merusak sebagian bagian bangunan maupun barang saja, Sedangkan mengenai jenis bangunan yang terbakar, 20 diantaranya bangunan industri atau usaha, 18 bangunan perumahan, 11 berupa bangunan atau fasilitas umum, 6 kendaraan dan 1 lain-lain. 

Mengenai bangunan perumahan yang terbakar, 8 diantaranya yang berhak telah mendapatkan bantuan untuk rumah korban kebakaran dari pemerintah Kota Yogyakarta, dengan total bantuan sebanyak Rp59.600.000.

Kemantren Umbulharjo menjadi wilayah yang paling sering dilaporkan terjadi kebakaran dengan 15 kasus, mengingat kemantren ini memiliki wilayah paling luas. 

Disusul Kemantren Gondokusuman dan Mantrijeron yang masing-masing terjadi 8 kasus.

Dari semua kasus kebakaran di Kota Yogyakarta tahun 2022, tidak ada korban jiwa yang tercatat namun ada 4 korban yang mengalami luka. 

Selain melakukan pemadaman dalam Kota Yogyakarta, tercatat dilakukan pula 67 kasus kebakaran di luar Kota Yogyakarta dalam Provinsi DIY dimana Damkarmat Kota Yogyakarta turut serta menangani.

"Kami mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran di tempat tinggal maupun tempat usaha. Pastikan peralatan dan jaringan kelistrikan di rumah atau tempat usaha anda dalam kondisi baik dan standar," terang dia.

Upaya yang Sudah Dilakukan

Area pemukiman padat penduduk menjadi tantangan berat bagi para petugas pemadam kebakaran.

Sayangnya kawasan pemukiman padat penduduk pula yang kerap terjadi kenakaran akibat arus pendek maupun penyeban lainnya.

Sebagai upaya memudahkan pemadaman kebakaran dipemukiman padat penduduk, 16 kampung di Kota Yogyakarta kini dilengkapi jaringan hidran.

Pada kesempatan terpisah, pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta, Octo Noor Arafat menuturkan kampung yang sudah terpasang hidran itu di antaranya Kampung Notoprajan, Pathuk, Kauman, Prawirodirjan, Jlagran, Ledok Tukangan, Gemblakan Bawah, Basen dan terbaru Karanganyar. 

Pihaknya masih terus mendata kampung-kampung lain di wilayahnya.

Hingga saat ini tercatat total 23 kampung di Kota Yogyakarta yang telah disusun DED untuk jaringan hidran kampung tersebut. 

Pembangunan jaringan hidran kampung itu akan dilakukan bertahap dalam beberapa waktu ke depan.

Pihaknya tak menutup kemungkinan akan menambah lebih banyak lagi jaringan hidran kampung di Kota Jogja. 

Mengingat perkembangan pemukiman yang kian padat.

"Masih tersisa tujuh kampung akan dibangun bertahap. Tidak menutup kemungkinan akan kita kembangkan lagi untuk melihat kebutuhan di depan karena di Kota Yogyakarta perkembangan permukiman cukup pesat," kata Octo, Rabu  (13/6/2023).

Menurut Octo, keberadaan jaringan hidran kampung ini sangat efektif untuk menangani kebakaran

Sehingga api tidak dengan cepat meluas dan segera dipadamkan.

Kasus terbaru dicontohkan dengan kejadian kebakaran di wilayah Gedongtengen beberapa waktu lalu. 

Saat itu lokasi kebakaran berada jauh di bawah dan susah sumber air walaupun dekat dengan bantaran sungai.

Namun dengan adanya jaringan hidran kampung tersebut, kejadian tersebut dapat ditangani dengan cepat. 

Sebab lebih memudahkan pergerakan pasukan pemadam kebakaran yang datang.

"Ini sudah kita coba petakan dengan sistem informasi hidran dan bak tandon," jelasnya.

Harapannya petugas mengetahui arus air mengalir ke mana. 

Kemudian titik-titik hidran kering di perkampungan itu ada di mana saja sehingga akan mempercepat respon time penanganan kebakaran.

"Respon time kebakaran standar pelayanan minimal 15 menit. Kota Yogyakarta rata-rata per tahun 11 sampai 12 menit. Itu juga didukung dengan peran relawan pemadam kebakaran," pungkasnya. (hda)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved