Kisah Inspiratif
KISAH Relawan Mengabdi 24 Jam Memantau Aktivitas Gunung Merapi dari Gardu Pandang
Giyanto, relawan yang bertugas di titik nol Gardu pandang tersebut segera mengaktifkan Handy Talky (HT) yang selalu berada digenggamannya dan melapork
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Giyanto ingin mengetahui situasi di pantai selatan.
Begitu juga relawan di Pantai Selatan ingin mengetahui perkembangan situasi Gunung Merapi.
Sebab, pasca gempa bumi, Gunung Merapi biasanya turut bergejolak.
"Tapi pada malam Jumat kemarin, Marapi justru terpantau stabil. Baru pada malam minggunya, terjadi guguran besar," kata pria berusia 53 tahun itu.
Giyanto tidak tergabung dalam komunitas relawan apapun. Ia memilih jalan tersebut supaya tidak terjebak pada kepentingan tertentu.
Apapun informasi yang disampaikan, Ia kirimkan ke semua komunitas untuk digunakan dan disebar-luaskan kepada masyarakat.
Baginya menjadi relawan adalah pengabdian untuk masyarakat.
"Saya ini ndak punya apa-apa. Saya ndak bisa membantu dalam wujud uang, materi. Tapi saya bisa membantu dengan tenaga saya, saya sudah senang, rela. Yang penting keselamatan masyarakat itu terjamin," kata Bapak dua anak tersebut.
Keselamatan pengunjung Kaliurang terutama yang berada di Gardu pandang baginya yang utama.
Giyanto bercerita, ketika Gunung Merapi mengeluarkan rentetan awan panas guguran pada 11 Maret lalu, Ia sedang menghadiri undangan hajatan di Kaliurang.
Tiba-tiba sinyal bergemuruh dan Gunung Merapi mengeluarkan awan panas guguran (APG) ke arah barat daya.
Ia bergegas meninggalkan acara dan menuju ke Gardu pandang.
Yang ada dalam benaknya adalah bagaimana secepatnya bisa mengevakuasi pengunjung dan wisatawan.
Meskipun arah guguran saat itu meluncur ke barat daya, artinya wilayah Gardu pandang yang berada di sisi selatan relatif aman.
Namun, Ia teringat memori Erupsi Gunung Merapi pada tahun 1994 yang membuat wilayah Gardu pandang dan Kaliurang luluh lantak.
relawan
Gunung Merapi
Gardu pandang
TribunHIS
kisah inspiratif
Sleman
Berita Sleman Hari Ini
Erupsi
Kaliurang
Ada Angkringan Isyarat di Kota Jogja, Penjual-Pembeli Komunikasi Pakai Bahasa Isyarat |
![]() |
---|
Cerita Penjual Buku Langka Buka Lapak di Pasar Kangen Jogja |
![]() |
---|
Sekolah di Antara Rel Sunyi Magelang, Sepuluh Siswa Dua Guru Tersisa Masih Bernyanyi |
![]() |
---|
Cerita Seniman Lukis di Yogyakarta Dirikan Komunitas Difabel |
![]() |
---|
Kisah Rizky Ardhana Penyandang Disabilitas Asal Jogja Jadi Content Creator |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.