Wacana Sekolah Lima Hari, Orang Tua Murid Merasa Dilematis

“Tertantang, soalnya mikir, ini Sabtu atau Minggu mau ngapain. Gak mungkin kalau nonton YouTube terus kan. Ya paling ngobrol aja sih, tujuannya kan itu ya, lebih banyak waktu sama keluarga,” tutur dia.

Berbeda dengan Susiana (39), putri sulungnya kini sudah mengikuti program lima hari sekolah karena menempuh pendidikan di Kota Magelang.

Dia mengatakan, kebijakan lima hari sekolah tidak terlalu buruk setelah dijalankan selama dua tahun belakangan.

“Kalau di sini, sudah sejak 2021-an ya kayaknya. Anakku enjoy aja lima hari sekolah, tapi emang sering ngeluh capek. Pulangnya jadi sore banget, bahkan bisa sampai Maghrib,” paparnya.

Baca juga: Wacana Pengubahan Waktu Belajar di Sleman Mendapat Respon Positif dari Pihak Sekolah

Putrinya yang bersekolah di SMK di Kota Magelang itu mulai masuk sekolah pukul 07.00-15.45 WIB.

Apabila ada kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti, maka dia bisa pulang ke rumah sekitar pukul 17.00 WIB.

Positifnya sekolah lima hari, kata dia, anak jadi belajar penuh sehari dan dari pagi sampai sore.

“Ya kalau gitu, gak melulu main HP. Anak zaman sekarang kalau sudah di rumah, yang dipantengin HP terus, sampai capek negurnya,” ucapnya tertawa.

Ia juga menilai, sekolah lima hari juga memiliki sisi negatif.

“Sabtu minggu jadi ajang main-main. Anakku berasa dikasih waktu buat malas-malasan, pacaranlah, mainlah, karena merasa penat dengan semua mata pelajaran dan kegiatan ekstra,” tutur Susiana.

Ditanya apakah sekolah lima hari itu memberikan dampak positif kepada komunikasi keluarga, Susi justru menjawab tergantung.

“Tergantung anaknya kalau itu sih. Anakku sih dasarnya anak rumahan. Setiap hari juga ngumpul sore sampai malam. Ini bakal beda cerita kalau anaknya suka main sendiri ya,” tutup dia. ( Tribunjogja.com )