Berita DI Yogyakarta Hari Ini

RSA UGM Lakukan Antisipasi Peningkatan Penderita Diabetes Melitus

Diabetes Melitus harus diatasi dan diselesaikan secara bersama tidak hanya di tingkat rumah sakit saja, melainkan juga di Puskesmas.

Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Neti Istimewa Rukmana
Pelaksanaan diskusi Mengenal Retinopatik Diabetik & Intervensinya pada Pasien Diabetes di Auditorium RSA UGM, Selasa (23/5/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN -  Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengestimasikan pada 2030, jumlah penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang.

Direktur Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada ( RSA UGM ), Darwito mengatakan, pasien yang terkena DM juga berisiko mengalami komplikasi kerusakan atau penyakit.

Satu di antaranya terjadi pada mata atau yang lebih dikenal dengan sebutan retinopati diabetik.

"Retinopati diabetik itu merupakan komplikasi dari DM yang mempengaruhi mata. Di mana, penyakit itu muncul dari adanya kadar gula dalam di atas ambang batas normal," ucapnya saat menghadiri diskusi Mengenal Retinopatik Diabetik & Intervensinya pada Pasien Diabetes di Auditorium RSA UGM , Selasa (23/5/2023).

Menurutnya, kalau hal itu tidak diatasi dengan baik dapat berujung pada kebutaan.

Tetapi, prinsipnya penyakit tersebut harus diatasi dan diselesaikan secara bersama tidak hanya di tingkat rumah sakit saja, melainkan juga terdapat partisipasi dari tingkat Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Baca juga: RSA UGM Komitmen Majukan Ilmu Pengetahuan dan Kuatkan Pelayanan Masyarakat

"Sebelum penyakit itu berujung mengalami komplikasi, maka pasien DM harus bisa dilakukan pengobatan dari tingkat Puskemas. Sebagai contoh dalam pengecekan kadar gula, mengatur pola makan pasien, mengatur aktivitas fisik hingga mengatur berat badan pasien," papar Darwito.

"Puskesmas itu kan sudah ada fasilitasnya. Jadi masyarakat itu bisa melakukan proteksi sedini mungkin. Karena penyakit DM itu tidak hanya bisa memunculkan penyakit retinopati diabetik saja, bisa saja ke penyakit jantung, stoke dan sebagainya," imbuh dia.

Dengan sinergitas bersama antara pihak-pihak rumah sakit dan Puskesmas ataupun klinik kesehatan, diharapkan mampu memberikan pelayanan yang komprehensif bagi lapisan masyarakat.

"Akan tetapi, kalau misalnya dari pelayanan Puskesmas atau klinik kesehatan sudah tidak mampu memberikan pelayanan kepada pasien DM, maka boleh dirujuk langsung ke rumah sakit," katanya.

"Nah, nanti di tingkat rumah sakit, pasien itu akan diberikan diagnosis serta perawatan berupa terapi atau perawatan lain yang sangat dibutuhkan oleh pasien atau yang sangat cocok untuk diberikan kepada pasien. Karena penyakit DM itu kan tidak bisa sembuh. Maka diperlukan tindakan-tindakan berupa terapi dan lain sebagainya," tutup Darwito.( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved