Berita Kota Yogya Hari Ini

Satpol PP Redam Kasus Kejahatan Jalanan di DIY Gelar Sosialisasi Trantibum di Wirobrajan

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DIY menggelar penyuluhan dan sosialisasi terkait ketentraman dan ketertiban umum (Trantibum) di Ndalem Singosar

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Yuwantoro Winduajie
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DIY menggelar penyuluhan dan sosialisasi terkait ketentraman dan ketertiban umum (Trantibum) di Ndalem Singosaren, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Selasa (16/5/2023) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DIY menggelar penyuluhan dan sosialisasi terkait ketentraman dan ketertiban umum (Trantibum) di Ndalem Singosaren, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Selasa (16/5/2023).

Peserta sosialisasi kali ini terdiri perangkat kelurahan, kelompok Jaga Warga, hingga PKK.

Kasubag Keuangan Satpol PP DIY, Rosalina mengatakan, dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 diatur bahwa Satpol PP dibentuk untuk menegakkan Peraturan Daerah dan menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman serta menyelenggarakan perlindungan masyarakat.

Baca juga: Total Pembayaran Uang Ganti Rugi Tol Jogja-Solo di Klaten di Hari Pertama Sejumlah Rp 36 Miliar

"Satpol PP bermaksud mensosialisasikan dalam rangka peningkatan ketertiban umum di Kalurahan Pakuncen. Misalnya untuk meredam fenomena munculnya kejahatan jalanan yang dilakukan anak anak remaja DIY," kata Rosalina dalam sambutannya mewakili Kepala Satpol PP DIY.

Dia mengatakan, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait upaya menjaga tantribum di wilayahnya. Dengan demikian dapat mewujudkan Yogya yang aman dan nyaman untuk masyarakat.

Danramil 10/Wirobrajan, Kapten Arh Suryadi selaku salah satu narasumber menjelaskan, situasi masyarakat DIY sebagai kota yang heterogen dan adanya dunia maya sangat mempengaruhi terhadap lunturnya budaya lokal yang menjunjung tinggi etika.

Sehingga jika generasi muda meninggalkan budaya lokalnya dan terpengaruh dengan hal-hal negatif, maka berpotensi menimbulkan konflik seperti peristiwa fenomena kenakalan remaja yang sering terjadi beberapa waktu ini.

"Anak muda sangat mudah terpengaruh dengan internet juga mengurangi rasa budaya kita semakin hilang karena banyak pengaruh-pengaruh dari luar, terutama dari luar negeri," katanya.

Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto meyakini, pembelajaran sejarah dapat menumbuhkan sikap nasionalisme dan patriotisme. Generasi muda yang melek sejarah akan mengetahui bahwa bangsa Indonesia dibentuk atas pengorbanan dan darah para pahlawan.

Hal itu akan menumbuhkan rasa empati sehingga generasi muda bakal terhindarkan dari perilaku-perilaku negatif yang merugikan masyarakat.

"Ingatkan anak-anak agar mengerti sejarah. Kenapa kita harus tertib dan tentram di negeri ini. Karena Indonesia didirikan dari darah dan pengorbanan pejuang. Tiap hari ayo kita mengkampanyekan ayo cinta indonesia," paparnya. (tro)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved