Dukun Maut di Banjarnegara

Kisah Perjalanan Dewi dan Okta dari Magelang, Salatiga, Banjarnegara, Diduga Korban Mbah Slamet

Keduanya tanpa kabar setelah melakukan serangkaian perjalanan dari rumahnya di Mertoyudan Magelang menuju Salatiga dan juga ke Banjarnegara

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Kompas.com
Belasan orang meninggal dunia di tangan Tohari alias Mbah Slamet (45). Dukun pengganda uang di Banjarnegara, Jawa Tengah itu dengan keji membunuh pasiennya sendiri. 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Dewi dan Okta, adalah ibu dan anak asal Magelang yang telah hilang sejak November 2021. 

Keduanya tanpa kabar setelah melakukan serangkaian perjalanan dari rumahnya di Mertoyudan Magelang menuju Salatiga dan juga ke Banjarnegara, dengan alasan pekerjaan dan mengambil uang. 

Dugaan keluarga, ibu dan anak tersebut telah menjadi korban Mbah Slamet, dukun pengganda uang di Banjarnegara Jawa Tengah. 

Sejak perbuatan Mbah Slamet terbongkar, keluarga Dewi dan Okta, menangkap tanda-tanda bahwa keduanya kemungkinan adalah dua di antara para korban dukun pengganda uang di Banjarnegara itu.

Keduanya memiliki nama lengkap Theresia Dewi (47) dan Okta Ali Abrianto (31), warga Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.

Keluarga korban mengaku kehilangan kontak dengan keduanya sejak November 2021 yang lalu.

Yusuf Edi Gunawan, salah satu keluarga Theresia dan Okta asal Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (8/4/2023).
Yusuf Edi Gunawan, salah satu keluarga Theresia dan Okta asal Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (8/4/2023). (Kompas.com)

Kakak kandung Theresia Dewi, Yusuf Edi Gunawan (64) menceritakan, awalnya korban berpamitan dengan keluarga di Magelang pergi ke Salatiga, Jawa Tengah dengan alasan ada pekerjaan. 

Saat pergi ke Salatiga, korban Theresia Dewi, juga mengajak anak keduanya yakni Claudy. Ketiganya pun menginap di hotel.

"Kemudian mereka (kedua korban) berpamitan ke Claudy, pamit ke pergi Banjarnegara katanya mau ambil dana (uang). Mereka berangkat ke Banjarnegara naik mobilnya Honda Mobilio,"ujarnya saat ditemui di kediamannya di Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Sabtu (8/4/2023) sore.

Lanjut dia, setelah itu kepergian adik dan keponakannya tersebut ke Banjarnegara.

Seminggu setelah itu, mendapatkan kabar dari Vina, istri korban Okta Ali Abrianto. Bahwa keduanya sudah seminggu tidak ada kabar sejak pergi ke Salatiga.

"Nggak pulang ke Salatiga, terus menantunya (Theresia Dewi) ngebel (telepon) saya. Menyampaikan mami nggak pulang sudah satu minggu. Saya pesan agar ditunggu seminggu lagi, kalau nggak pulang, kamu (Vina dan Claudy) pulang ke Magelang. Ternyata korban tidak kunjung pulang,"tuturnya.

Semenjak itu, informasi keberadaan korban tidak diketahui, keluarga kehilangan kontak.

Namun, upaya untuk mencari informasi korban selalu dilakukan namun tidak membuahkan hasil.

"Cari informasi kemana-mana kayak hilang ditelan bumi. Sampai Claudy (anak Dewi) di rumah saya sekitar 6 bulan. Dewi dengan bapaknya Claudy (suami kedua) itu kan sudah cerai. Setahun lalu, tepatnya sewaktu lebaran saya antar Claudy ke ayah kandungnya di Jogja," tuturnya.

Titik Terang

Kakak kandung Theresia Dewi, Yusuf Edi Gunawan (64) saat ditemui di rumahnya pada Sabtu (8/4/2023)
Kakak kandung Theresia Dewi, Yusuf Edi Gunawan (64) saat ditemui di rumahnya pada Sabtu (8/4/2023) (Tribun Jogja/ Nanda Sagita Ginting)

Terkuaknya informasi keberadaan korban pun mulai menemui titik terang setelah kasus pembunuhan dukun pengganda uang, Slamet Tohari alias Mbah Slamet terbongkar.

Di mana diketahui para korbannya dibunuh dan dikubur di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara.

Yusuf pun meyakini bahwa adik dan keponakannya tersebut merupakan korban dari dukun pengganda uang.

Hal tersebut didasari dari barang bukti yang ditemukan oleh polisi. Barang bukti tersebut berupa, jam tangan, jaket, dan kunci mobil.

"Barang buktinya itu sudah identik, saya lihat jam tangan adik saya itu. Jaket Pemuda Pancasila, ada label nama yang tertulis nama Okta. Lalu, kunci mobil  yang masih ada di dalam saku celana. Untuk mobilnya sampai sekarang belum diketahui masih dalam penyelidikan,"ungkapnya sambil menangis.

Atas temuan barang identik tersebut, lanjutnya, dirinya pun diminta kepolisian Banjarnegera untuk menjalani proses DNA, pada Jumat (7/4/2023) lalu.

"Saya ke sana diambil sampel DNA-nya. Sedangkan untuk Okta, Bapaknya (suami pertama Theresia Dewi) sudah diambil tes DNA nya juga, kemarin Sabtu (8/4/2023),"ujarnya.

Ia mengatakan, memang adiknya yang bekerja sebagai kontraktor sedang mengalami masalah keuangan.

Namun, dirinya tidak mengetahui pasti persoalan keuangan seperti apa yang dihadapi adiknya tersebut.

"Memang sempat kesulitan keuangan, apalagi korban ini sudah sendiri. Korban menikah dua kali namun keduanya sudah bercerai. Saya juga tidak mengetahui dan kenal dengan dukun pengganda uang itu,"ucapnya.

Sementara itu, ia mengatakan, direncanakan kedua korban akan dimakamkan di Magelang.

"Setelah sudah melewati semua proses pemeriksaan.Rencana kedua korban akan dimakamkan di sini. Dari keluarga sudah berembuk dan menyetujui. Kami menunggu dari kepolisian kapan jenazah korban bisa dikebumikan,"ucapnya.

Dari kasus dukun pengganda uang ini, korban Theresia Dewi meninggalkan seorang anak. Sedangkan, Okta meninggalkan seorang istri beserta tiga anaknya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved