Kebun Kurma Ngadinah

Cerita Berdirinya Kebun Kurma Ngadinah di Berbah Sleman, 5.000 Pohon Tumbuh Subur

kebun Kurma Ngadinah. Terletak di Jalan Karangasem, Padukuhan Gamelan, Kalurahan Sendangtirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman,

TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
Pemilik Kebun Kurma Ngadinah, Suparyoto (65) menunjukkan buah kurma di tempat usahanya tepat di Jalan Karangasem, Padukuhan Gamelan, Kalurhan Sendangtirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman, DIY, Minggu (26/3/2023). Foto kanan: Perawatan tanaman kurma. 

Masyarakat Yogyakarta kini bisa melihat dan merasakan langsung buah kurma dari pohonnya tanpa harus berkunjung ke luar negeri. Namanya kebun Kurma Ngadinah. Terletak di Jalan Karangasem, Padukuhan Gamelan, Kalurahan Sendangtirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Disana ad lebih kurang 5.000 pohon kurma tumbuh subur dengan lahan seluas 3.500 meter persegi.

Pemilik Kebun Kurma Ngadinah, Suparyoto (65), sedang merawat tanaman kurma yang berada di Jalan Karangasem, Padukuhan Gamelan, Kalurhan Sendangtirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman, Minggu (26/3/2023).
Pemilik Kebun Kurma Ngadinah, Suparyoto (65), sedang merawat tanaman kurma yang berada di Jalan Karangasem, Padukuhan Gamelan, Kalurhan Sendangtirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman, Minggu (26/3/2023). (Tribun Jogja/ Neti Istimewa Rukmana)

KEBUN kurma yang dinamakan Kebun Kurma Ngadinah itu didirikan oleh Suparyoto (65) yang kini sudah menghasilkan puluhan kilogram kurma.

"Untuk pohon kurma di tempat saya ini, yang sudah tumbuh besar ada sekitar 60 pohon, sedangkan sisanya adalah pohon kurma yang masih kecil atau yang dinamakan dengan bibit kurma," ucapnya kepada wartawan belum lama ini.

Pohon kurma yang diklaim menjadi terluas di DIY itu sebenarnya telah berdiri sejak 2016. Sehingga, usia pohon itu pun berbeda-beda. Ada yang berusia hampir sekitar tujuh tahun, ada pula yang baru berusia satu setengah tahun.

"Semakin lama pohon itu tumbuh, maka saat musim panen maupun saat proses perawatan harus memerlukan tangga untuk bisa mengambil buah dan merawat pohonnya.

"Ada pohon kurma yang berusia sekitar lima tahun itu, kalau mau merawatnya atau lain sebagainya sudah harus memerlukan tangga," jelas dia.

Selanjutnya, pohon kurma yang ia tanam maupun yang dirawat itu pun memiliki jenis yang berbeda.

Beberapa di antara adalah kurma ajwa, kurma barhee, kurma KL-1 atau kolak one, kurma medjool, kurma sukari, kurma khalas, kurma zaghloul, kurma khenaizi dan kurma mazafati.

"Tapi yang paling favorit dan paling banyak dicari adalah kurma ajwa atau kurma nabi. Karena kurma itu punya rasa manis dan bertekstur kenyal. Jadi cocok di lidah masyarakat. Makanya, kurma itu menjadi andalan kami," tutur Paryoto.

Di sisi lain, dengan adanya perbedaan usia hingga jenis pohon itu pun mampu memberikan perbedaan terhadap hasil panen buah tersebut.

"Bersyukurnya, pohon kurma yang saya tanam itu tumbuh dengan tidak mengenal musim. Jadi tumbuhan itu berbuah dengan sistem menyusul seperti kelapa," tutur Paryoto.

"Kalau di Arab itu umumnya berbunga pada musim dingin atau sekitar Januari. Nah, kalau di sini atau di tempat yang saya kelola ini, rata-rata mereka berbunga sekitar Agustus sampai November. Kemudian selang empat sampai lima bulan baru bisa panen," sambungnya.

Dalam sekali panen ia bisa menghasilkan tujuh sampai sembilan tandan kurma atau setara 140-180 kilogram kurma.

"Harga per kilogam kurma itu bermacam-macam. Tapi kisaran harga yang ada di pasaran adalah Rp140 ribu sampai Rp250 ribu per kilogam," tutup Paryoto.

Awal mula berdirinya Kebun Kurma Ngadinah bertujuan untuk menarik generasi muda terjun bercocok tanam. Sebab, saat ini generasi muda yang mau meneruskan profesi sebagai petani dinilai minim.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved