Memadukan Budaya Lokal dengan Literasi Digital Melalui Gelaran Seni di Seyegan Sleman

Selain pertunjukan seni, juga akan digelar workshop yang menghadirkan kepala daerah setempat sebagai salah satu narasumber.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Muhammad Fatoni
Dok. Istimewa
Ilustrasi : Media Sosial 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ditjen Aptika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bakal menyelenggarakan sinergi budaya lokal dengan literasi digital di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan berupa gelaran kesenian Sendratari Ramayana dengan tema 'Dewantara Muda Berbudaya', pada Sabtu (11/2/2023) di Kapanewon Seyegan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

"Kami mencoba melakukan sinergi antara budaya digital melalui berbagai aktivitas sanggar budaya, seperti pagelaran seni tari di wilayah Yogyakarta," papar Ketua DPD Asosiasi Pengusana Teknologi Infomasi dan Komunikasi Nasional (APTIKNAS) Jogja, Azzam Muhammad Bayhaqi.

Selain pertunjukan seni, juga akan digelar workshop yang menghadirkan kepala daerah setempat sebagai salah satu narasumber.

Para pegiat budaya lokal mulai pengelola sanggar budaya hingga pemerhati yang ada di wilayah setempat juga turut dilibatkan.

Menurut Azzam, pertunjukan seni yang mampu memberikan nilai di tengah-tengah masyarakat menjadi sarana efektif dalam mengupayakan pembangunan budaya digital.

Pasalnya, pada momentum tersebut para peserta diberikan pengetahuan dan keterampilan dasar literasi digital.

Ajang itu juga membantu proses transformasi digital pada masyarakat lokal, terutama pegiat lokal di tengah masyarakat Yogyakarta.

"Budaya digital terbentuk dari hasil pola pikir, perilaku, dan cipta karya manusia. Penerapan budaya digital lebih kepada pola pikir atau mindset masyarakat untuk beradaptasi pada teknologi internet," imbuhnya.

Indonesia, lanjut Azzam,  kini tengah memasuki fase pembangunan transformasi digital.

Pemerintah pun bahkan tengah menyusun kurikulum Program Gerakan Nasional Literasi Digital Indonesia 2020-2024.

"Oleh karena itu, membangun budaya digital menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kerangka kerja literasi digital. Sehingga perlu ada sinergi budaya lokal yang berkembang di masyarakat," katanya.

Ditambahkan, ada tiga aspek dalam membangun budaya digital, di mana budaya digital sebenarnya sudah diadopsi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga aspek tersebut ialah partisipasi masyarakat dalam memberikan kontribusi untuk tujuan bersama, perbaikan atau merubah budaya lama menjadi budaya baru yang efisien, efektif, dan cepat, serta aspek manfaat yang sudah ada untuk membentuk hal yang baru.

Azzam menambahkan, salah satu contoh aplikatif dalam kehidupan sehari-hari ialah belanja kebutuhan sehari-hari yang semakin mudah dilakukan melalui gawai dengan bantuan internet.

Berbeda dengan masa dulu ketika masyarakat harus pergi ke toko untuk mencari kebutuhan sehari-hari.

Contoh tersebut menunjukkan pola hubungan atau komunikasi yang lebih cepat dan praktis melalui internet.

"Makanya, budaya digital adalah konsep yang menggambarkan bagaimana teknologi dan internet membentuk cara kita berinteraksi sebagai manusia," tandasnya.

Melalui sinergi pertunjukan seni dalam membangun budaya digital, diharapkan masyarakat lokal Yogyakarta memiliki kemampuan dalam literasi digital.

Dengan begitu ke depan bisa turut terlibat secara aktif dalam mewujudkan budaya digital yang mengokohkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Di antaranya turut menjadi pejuang anti-hoaks di dunia digital, menjadi netizen yang bijak dalam bermedia sosial, memanfaatkan teknologi informasi dalam setiap kegiatan sanggar budaya, dan lain sebagainya. (*)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved