AS Kirimkan Rudal Jarak Jauh untuk Ukraina

Departemen Pertahanan Amerika Serikat memberikan bantuan rudal jarak jauh kepada Ukraina untuk menghadapi serangan Rusia.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
AFP/Bulent Kilic
Prajurit AS berlatih mengoperasikana sistem rudal Patriot yang ditempatkan di pangkalan AS di Gaziantep, Turki. Sistem rudal yang sama akan diterjunkan di medan perang Ukraina. 

TRIBUNJOGJA.COM, WASHINGTON – Departemen Pertahanan Amerika Serikat memberikan bantuan rudal jarak jauh kepada Ukraina untuk menghadapi serangan Rusia.

Paket rudal jarak jauh tersebut masuk dalam paket bantuan dari AS senilai 2 miliar dollar AS.

Rudal jarak jauh yang dikirim oleh AS tersebut Ground Launched Small Diameter Bomb (GLSDB) atau bom berdiameter kecil yang diluncurkan dari darat.

Rudal ini mampu menjangkau jarak yang lebih jauh, mencapai target lebih dari dua kali jarak yang dapat dijangkau oleh Sistem Artileri Roket Mobilitas Tinggi (HIMARS).

“Kami akan menyertakan GLSDB dalam paket bantuan militer ke Ukraina, yang sebagian dananya berasal dari Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina (USAI),” kata Brigadir Jenderal Patrick Ryder dalam jumpa pers di gedung Pentagon, jumat (3/2/2023) sepertu yang dikutip dari Tribunnews.com.

Bantuan yang diberikan oleh AS sebenarnya tidak seperti yang diminta oleh pihak Ukraina.

Sebab, sebelumnya Ukraina secara resmi meminta bantuan berupa rudal ATACMS dengan jangkauan 297 km, hingga pesawat tempur F-16.

Baca juga: AS Pasok Senjata Jarak Jauh untuk Ukraina, Begini Respon Rusia

Dalam pidatonya beberapa waktu lalu, Zelensky mengatakan Kyiv membutuhkan senjata baru dan pengiriman yang lebih cepat untuk menghadapi serangan dari pasukan Rusia di wilayah Donetsk timur.

"Situasinya sangat sulit. Bakhmut, Vuhledar, dan sektor lain di wilayah Donetsk mendapat serangan terus menerus dari pasukan Rusia. Ada upaya berkelanjutan dari mereka untuk menembus pertahanan kami," kata Zelenskiy.

"Rusia ingin perang berlarut-larut dan menghabiskan pasukan kita. Jadi kita harus menyediakan waktu untuk senjata kita. Kita harus mempercepat peristiwa, mempercepat pasokan, dan membuka opsi senjata baru untuk Ukraina,” imbuhnya.

Di saat yang bersamaan, kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pihaknya tidak berencana untuk mengirimkan jet tempur ke Ukraina.

“Saya hanya bisa menyarankan agar tidak terlibat dalam perang penawaran terus-menerus dalam hal sistem senjata,” kata Scholz dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Tagesspiegel, Minggu (29/1/2023).

Di sisi lain, Scholz juga telah memperingatkan agar tidak meningkatkan "risiko eskalasi", dengan Moskow sudah mengecam keras pengiriman tank Leopard 2.

“Tidak ada perang antara NATO dan Rusia. Kami tidak akan membiarkan eskalasi seperti itu,” pungkas Scholz. (*)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved