Perang Rusia Ukraina

AS Pasok Senjata Jarak Jauh untuk Ukraina, Begini Respon Rusia

Medvedev bahkan mengistilahkan seluruh wilayah Ukraina yang berada di wilayah kekuasaan Kyiv akan terbakar jika AS masih terus memasok senjata ke Kyiv

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Foto: Konstantin Liberov/Telegram ASTRA
Kondisi Kota Bakhmut, Ukraina, setelah pertempuran antara Rusia dan Ukraina yang berlangsung berminggu-minggu. Foto-foto ini rilis pada Jumat (13/1/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, MOSCOW - Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev mengancam militer negaranya akan menghancurkan seluruh wilayah Ukraina jika negara-negara barat, termasuk AS terus memasok persenjataan untuk Kyiev.

Medvedev bahkan mengistilahkan seluruh wilayah Ukraina yang berada di wilayah kekuasaan Kyiv akan terbakar jika AS masih terus memasok persenjataan canggih ke Ukraina.

Menurut Medvedev, keputusan AS untuk terus memasok persenjataan ke Ukraina merupakan langkah yang salah.

Hal itu hanya akan memicu lebih banyak serangan balasan dari Rusia ke Ukraina.

"Semua Ukraina yang tetap berada di bawah kekuasaan Kyiv akan terbakar," kata jurnalis Nadana Fridrikhson mengutip ucapan Medvedev dalam wawancara tertulisnya seperti yang dikutip Tribunjogja.com dari Kompas.com.

Dalam wawancara tersebut, Fridrikhson sempat menanyakan apakah penggunaan senjata jarak jauh dapat memaksa Rusia untuk bernegosiasi dengan Kyiv.

Menurut Medvedev penggunaan senjata jarak jauh tidak akan membuat Rusia bernegosiasi dengan Kyiev.

Bahkan menurutnya Rusia malah akan meningkatkan intensitas serangannya ke wilayah Ukraina.

"Hasilnya justru sebaliknya," jawab Medvedev, dalam komentar yang diposting Fridrikhson di saluran Telegramnya, seperti dilansir dari Reuters.

"Hanya orang-orang gila moral, yang jumlahnya cukup banyak baik di Gedung Putih maupun di Capitol, yang dapat berdebat seperti itu," tambahnya.

Baca juga: Rudal AS Runtuhkan Balon Udara Milik China, Puing-puingnya Jatuh ke Laut

Baca juga: Rusia Siapkan Robot Tempur "Marker" untuk Hadapi Tank Leopard 2 dan M1 Abrams

Pentagon mengatakan pada hari Jumat (3/2/2023) bahwa roket baru yang akan menggandakan jangkauan serangan Ukraina termasuk dalam paket bantuan militer AS terbaru senilai hampir 2,2 miliar dollar AS.

Menjelang peringatan pertama invasi pada 24 Februari, pasukan Rusia telah berada di belakang kaki selama delapan bulan terakhir.

Meski begitu, Rusia tidak sepenuhnya mengendalikan salah satu dari empat provinsi Ukraina yang secara sepihak telah dinyatakan Moskwa sebagai bagian dari Rusia.

Presiden Vladimir Putin menyebut kampanye Rusia di Ukraina sebagai pertahanan eksistensial melawan Barat yang agresif.

Putin, sama seperti Medvedev, beberapa kali mengacungkan ancaman respons nuklir, dengan mengatakan Rusia akan menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi dirinya sendiri dan rakyatnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved