Mahasiswa Gen Z Perlu Bekal Keterampilan Tambahan untuk Tingkatkan Daya Saing di Dunia Kerja

Direktur Teknologi Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Samsu Sempena menyebut total angkatan kerja tahun 2022 ada sebanyak 143,72 juta orang.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Pembagian 10 ribu voucher peningkatan keterampilan dari Bebas Jam Kerja untuk mahasiswa UII, Jumat (3/2/2023) di Kampus UII 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Generasi Z perlu membekali diri dengan berbagai keterampilan.

Hal ini penting dilakukan untuk persaingan dunia kerja yang semakin kompetitif.

Direktur Teknologi Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Samsu Sempena menyebut total angkatan kerja tahun 2022 ada sebanyak 143,72 juta orang. 

Tiap tahun ada tambahan sebanyak 2 juta hingga 3 juta orang pekerja.

Baca juga: Sejumlah Pemain PSS Sleman Pulih dari Cedera Jelang Laga Kontra Persib Bandung

Angka tersebut berbanding terbaluk dengan bekal pelatihan keahlian baru yang bisa diakses oleh kurang dari 20 persen calon pekerja.

“Hal ini yang membuat pemerintah berinvestasi besar dalam peningkatan kompetensi angkatan kerja. Baik skilling, reskilling, maupun upskilling melalui Program Kartu Prakerja,” jelas Samsu saat memberikan materi kuliah umum di UII, Jumat (3/2/2023).

Dia menambahkan, sejak 2020 hingga 2022 setidaknya ada 290.477 penerima Kartu Prakerja di Yogyakarta. 

Angka itu didominasi oleh rentang umur 16 tahun hingga 35 tahun. 

Total insentif yang diberikan oleh peserta telah mencapai Rp 698 milyar.

Samsu mengatakan, pelatihan mengenai penjualan dan pemasaran tercatat paling banyak diminati di Yogyakarta.

Beberapa materi yang paling laris diakses adalah pelatihan strategi penjualan dan pemasaran, membuat konten pemasaran, hingga sukses bisnis online.

“Pelatihan lain yang juga laris adalah tentang makanan dan minuman. Ketiga, ada di bidang gaya hidup. Misalnya teknik tata rias, merancang busana, dan belajar merias diri,” katanya.

Maka, untuk meningkatkan keterampilan generasi Z, Kartu Prakerja juga mendorong keterlubatan institusi perguruan tinggi, seperti Universitas Islam Indonesia (UII).

UII berkolaborasi bersama Kartu Prakerja dengan menerima 30 ribu voucher pelatihan Prakerja pada mahasiswa dan alumni untuk mengembangkan softskill di berbagai bidang pekerjaan.

Direktur Utama Bebas Jam Kerja, Andi Pranata yang memberikan 10 ribu voucher mengatakan ada berbagai materi yang ditawarkan dalam platformnya. 

Bebas Jam Kerja, menurut dia, ingin membuka peluang berkarya bagi masyarakat di berbagai bidang. 

"Hari ini di UII kami beri 10 ribu voucher untuk dibagikan secara cuma-cuma. Ada banyak hal yang biaa dipelajari seperti materi ilustrasi menggambar pada marchendise sampai cara bagaimana bisa jadi bisnis,” tutur dia.

“Ada juga ilustrasi buku anak, yang sedang naik. Kami memberikan cara bagaimana menghidupkan naskah dengan ilustrasi. Terpenting teman-teman ini suka dengan seni, pasti bisa produktif," ungkapnya. 

Bebas Jam Kerja menurut Andi berusaha memfasilitasi masyarakat yang ingin berjuang untuk produktif dari mana saja. 

Softskill yang dilatih dalam paket pelatihan enam jam memungkinkan peserta untuk menjadi freelancer atau bahkan membuka usaha mandiri. 

"Bisa mandiri dan bekerja dari mana saja. Bisa produktif tanpa terikat instansi tertentu karena bisa freelance dan jualan sendiri. Bisa menawarkan etalase digital juga agar menarik. Ini yang kami ingin kenalkan dalam Bebas Jam Kerja," ungkapnya lagi. 

Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset UII, Jaka Nugraha mengatakan berharap kerja sama itu dapat menjadi perantara bagi industri kerja dan angkatan kerja.

“Tadi disela-sela penandatangan kerja sama, kami UII mendapatkan voucher sebanyak 30 ribu. Ini bisa dimanfaatkan bagi mahasiswa. Baik yang mau lulus ataupun yang sudah alumni yang membutuhkan pengayaan ketrampilan maupun kompetensi,” ujarnya.

Baca juga: Sandiaga Uno Ajak Delegasi ATF 2023 ke Gunungkidul, Ada Apa Di Sana?

Sementara, Deddy Nur Cahyanto, Chief of Staf PMO Prakerja Kementrian Koordinator Perekonomian menjelaskan, berdasar data BPS 2019 ada 145 juta angkatan kerja di Indonesia yang mana 89 persennya di antaranya tak pernah dilatih. 

Mereka tidak memiliki sertifikat keahlian yang bisa menjadi nilai tambah dalam bursa persaingan kerja. 

"Artinya kalau melamar yang dibawa hanya ijazah. Perusahaan tentu membedakan dengan data. Uang pemerintah kalau ditotal hanya mampu melatih 800 ribu dari jumlah tadi,” tutur dia.

“Padahal peningkatan angkatan kerja per tahun kita 2-3 juta. Itu sampai kapanpun tak akan mengejar. Akan sulit 2045 menyambut Indonesia emas. Maka itu Prakerja ingin hadir untuk membangun masyarakat berdaya menggandeng berbagai instansi swasta, bergotong-royong," tandasnya. (Ard)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved