Tol Yogyakarta Solo

Keresahan Warga Terdampak Tol Jogja-Solo di Sleman

Uang Ganti Rugi (UGR) mereka tak kunjung cair padahal segala persyaratan sudah dilengkapi

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM/ Ahmad Syarifudin
Sejumlah pekerja sedang membangun salah satu konstruksi Jalan Tol Yogya-Bawen di Sanggrahan, Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Warga Kalurahan Sanggrahan, Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman terdampak jalan tol Jogja-Solo mulai resah.

Uang Ganti Rugi (UGR) mereka tak kunjung cair padahal segala persyaratan sudah dilengkapi, bahkan musyawarah untuk menyepakati bentuk ganti rugi sudah dilakukan dua bulan lalu. Namun hingga kini belum ada kepastian pembebasan.

"Harapan aku sih segera (dibayar), jangan terkatung-katung. Ya kan masalah harga sudah ditentukan, tapi kenapa sudah hampir dua bulan ini belum ada tanda-tanda pembayaran," kata Jhoni Chaniago, warga RT 2 RW 15, Sanggrahan, Tirtoadi, Kabupaten Sleman, Sabtu (7/1/2023).

Menurut Jhoni, disekitar tempat tinggalnya ada sekitar 30-an warga terdampak jalan tol.

Lahan milik dia yang terdampak tol Jogja - Solo seluas 138 meter persegi.

Proses pembangunan Jalan Tol Yogyakarta - Bawen di Sanggrahan Tirtoadi
Proses pembangunan Jalan Tol Yogyakarta - Bawen di Sanggrahan Tirtoadi (TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin)

Appraisal sudah terbit dengan nilai ganti rugi Rp 1 miliar Rupiah.

Musyawarah bentuk ganti kerugian dalam bentuk uang juga telah disepakati pada bulan November lalu di Balai Kalurahan Tirtoadi.

Dirinya mengira, setelah ada musyawarah dengan pihak tol maka tidak lama lagi UGR segera cair. Tenyata tidak.

Uang ganti rugi yang ditunggu hingga kini kunjung dibayar.

"Memang tidak disebutkan, berapa lama (UGR) dibayarkan setelah musyarawah. Tapi perkiraan kami paling lama satu bulan. Kami tunggu satu bulan, tidak ada. Ini dua bulan, juga belum ada kepastian. Itu maunya apa. Jadi warga di sini sudah merasa resah, karena mereka sudah mendukung, sekaligus mengharap tapi sampai saat ini belum ada kepastian dari pihak tol," kata dia.

Semakin lama, dan tidak ada kepastian kapan UGR dibayar maka warga semakin merugi. Warga bingung untuk mencari lahan pengganti.

Sebab, harga tanah diseputar lokasi terdampak proyek pembangunan jalan tol perlahan merangkak naik.

Jhoni mencotohkan, di sekitar Kalurahan Tirtoadi saja harga tanah semula diharga Rp 1,5 juta per meter.

Namun, setelah ada pembangunan proyek tol harganya melambung menjadi Rp 2 juta per meter.

Ia berencana UGR yang didapat dari tol akan digunakan kembali membeli tanah.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved