Kim Jong-un Copot Jenderal Terkuat Kedua di Korea Utara

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mencopot jenderal kedua terkuat di jajaran militer Korut. Tokoh itu dianggap gagal mendeteksi drone Korsel.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
STR / AFP / KCNA VIA KNS
Gambar ini diambil pada 24 Maret 2022 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 25 Maret 2022 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) berjalan dengan personel militer Korea Utara selama operasi peluncuran uji coba di negara bagian mana. media melaporkan rudal balistik antar benua (ICBM) tipe baru, Hwasongpho-17 pasukan strategis Korea Utara di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara. 

TRIBUNJOGJA.COM, PYONGYANG - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, mencopot komandan kedua militer negara itu, Pak Jong-chon.

Pak, yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Militer Pusat Partai Buruh yang berkuasa dan Sekretaris Komite Pusat Partai, digantikan Ri Yong-gil.

Keputusan mencopot jenderal terkuat kedua di jajaran militer Korut itu dibuat pada pertemuan tahunan komite pekan lalu. Informasi ini dirilis kantor berita negara KCNA Minggu (1/1/2023).

Pak Jong-chon terlihat duduk di barisan paling depan saat rapat dengan kepala tertunduk. Tempat duduknya diperlihatkan lagi kemudian kosong.

Komisi Militer Pusat, yang dipimpin oleh Kim Jong-un, dianggap lebih kuat daripada Kementerian Pertahanan negara dalam hal pengambilan keputusan militer.

Tidak ada alasan yang diinformasikan untuk perombakan tersebut, tetapi pemerintah Korea Utara secara teratur merombak posisi kepemimpinan.

Baca juga: Tutup Tahun 2022, Korea Utara Luncurkan Rudal Balistik ke Laut Timur Semenanjung Korea

Baca juga: 5 Drone Korea Utara Terbang Selama 5 Jam di Wilayah Korea Selatan

Baca juga: Respon Rencana Jepang Perkuat Militernya, Korea Utara Ancam Akan Berikan Tindakan Tegas

Oh Gyeong-sup, seorang peneliti di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional di Seoul, mengatakan kepada Reuters Pak mungkin melakukan kesalahan.

Ia dianggap harus bertanggung jawab atas kegagalan operasi keamanan menyusul insiden di mana drone Korea Utara menyusup ke wilayah udara Korea Selatan.

Ketika Seoul mengirim tiga pesawat tak berawak kembali melintasi perbatasan, tampaknya tidak ada tanggapan dari Pyongyang, yang menunjukkan pertahanannya mungkin gagal mendeteksi UAV.

Pak sempat diturunkan pangkatnya pada 2021 ketika Kim Jong-un menegur beberapa pejabat atas penanganan mereka terhadap respons pandemi Covid-19, tetapi dia kemudian dipromosikan lagi.

Pada hari Senin, Kim menyerukan Pyongyang untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru dan meningkatkan persenjataan nuklirnya di tengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.

Selama pertemuan Partai Buruh Korea (WPK) yang berkuasa, pemimpin negara itu bersikeras ICBM baru yang mampu melakukan "serangan balik nuklir cepat" harus dikembangkan oleh Korea Utara.

Kim menekankan pentingnya "senjata nuklir taktis yang diproduksi secara massal," dengan mengatakan "peningkatan eksponensial persenjataan nuklir negara itu" akan menjadi "orientasi utama" strategi pertahanan Korea Utara pada tahun 2023, lapor KCNA.

Pyongyang juga berencana untuk meluncurkan satelit militer pertamanya "secepat mungkin," dan ini sedang dalam tahap akhir pengembangan, tambah agensi tersebut.

Pada hari Sabtu, Kim memuji industri pertahanan negara karena mengirimkan 30 peluncur roket ganda super besar 600 mm baru ke militer.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved