Perang Rusia Ukraina

Scott Ritter : Rudal ke Polandia dari Ukraina Tapi NATO Tetap Salahkan Rusia

Scott Ritter, mantan intelijen Korps Marinir AS mengatakan NATO tetap akan menyalahkan Rusia meskipun rudal yang hantam Polandia dari Ukraina.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
OLIVIER DOULIERY / Pool / AFP
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg (kiri) berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kanan) sebelum berfoto dengan menteri luar negeri lainnya di Markas NATO di Brussels pada 4 Maret 2022. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan sekutu NATO tiba di Belgia untuk pertemuan NATO, G7 dan rekan-rekan Uni Eropa tentang tanggapan terhadap invasi Rusia ke Ukraina dan situasi pengungsi yang berkembang. Setelah pertemuan di Brussel, Blinken akan melakukan perjalanan ke Polandia, Moldova, Latvia, Lithuania, dan Estonia dari 3 hingga 8 Maret untuk meyakinkan mereka akan dukungan AS. 

“Ketika laporan ini pertama kali keluar, berdasarkan serpihan data yang tidak lengkap, Polandia bersama-sama negara-negara Baltik berteriak agar NATO mempertimbangkan prosedur Pasal 5 dan Pasal 4 - pada dasarnya meminta, menuntut agar NATO ikut campur dalam konflik Ukraina,” kata Ritter.

“Ini memberi tahu Anda negara-negara ini, Polandia dan negara-negara Baltik berusaha mencari alasan untuk meningkatkan konflik di Ukraina sehingga NATO terlibat,” lanjutnya.

Baca juga: Presiden Polandia : Kami Tak Punya Bukti Rusia Tembakkan Rudal ke Polandia

Baca juga: Versi Reuters, Presiden AS Joe Biden Sebut Bukan Rusia yang Tembakkan Rudal ke Polandia

Ritter lantas menggarisbawahi, ketika (NATO) dipaksa mundur karena bukti rudal itu ditembakkan Ukraina dan bukan rudal Rusia, NATO masih mencari alasan apa pun untuk meningkatkan krisis ini.

“Meskipun sekarang diakui rudal yang menghantam Polandia rudal pertahanan udara S-300 Ukraina, kesalahan dialihkan ke Rusia oleh para pemain NATO,” lanjut penilik nuklir di Irak saat Perang Teluk I ini.

Mereka, para pendukung Ukraina, mengemukakan alasan, rudal (Ukraina) ini tidak akan pernah ditembakkan jika bukan karena intervensi militer Rusia di Ukraina.

“Karena itu, Rusia yang harus disalahkan. Sekarang mereka menggunakan ini sebagai alasan untuk memulai diskusi yang lebih besar tentang pertahanan udara di Polandia, kemampuan pertahanan udara yang berpotensi mencapai Ukraina. Jadi ini eskalasi,” jelas Ritter.

Sementara seorang politisi Polandia mendesak agar Polandia memikirkan kembali posisinya di tengah konflik di Ukraina setelah muncul provokasi dari Kiev yang merenggut nyawa dua.

Jaroslaw Pakula, mantan anggota dewan di Lublin, lokasi serangan rudal, mengatakan rudal yang menghantam Przewodow jelas-jelas milik Ukraina.

Ia menyerukan pemerintah Warsawa perlu mengirim pesan ke Kiev, alih-alih menceritakan “dongeng" kepada warganya.

“Tentu saja, ini adalah roket Ukraina. Tentu saja, ini adalah provokasi dari pihak berwenang Ukraina,” tulis Pakula di halaman Facebook-nya.

"Roket tidak dapat ditembakkan 100 kilometer ke arah yang berlawanan secara tidak sengaja," kata Pakula. Lokasi jatuhnya roket ini jauh di garis belakang serangan Rusia ke Donbass.

Menurutnya, tujuan provokasi itu untuk menakut-nakuti Uni Eropa dan mendapatkan dukungan masyarakat sipil untuk mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina.

Alih-alih menceritakan "dongeng" tentang rudal, Presiden Polandia harus memberi tahu Volodymir Zelensky, Polandia sudah tidak tahan perilaku Kiev.

“Saya mendorong Anda untuk memikirkan kembali posisi Polandia [mengenai] perang ini jika garis merah dilanggar lagi!” kata Pakula ditujukan ke pemerintah Warsawa.(Tribunjogja.com/Sputniknews/xna) 

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved