Festival Lima Gunung di Magelang Dibuka Untuk Umum, Dimeriahkan 1.095 Seniman
Ketua Komunitas Lima Gunung, Supadi Haryanto mengatakan, kegiatan ini merupakan acara puncak dari rangkaian Festival Lima Gunung yang sudah
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Pagelaran festival Lima Gunung ke-21 bertajuk 'Wahyu Rumagang' akhirnya kembali digelar terbuka untuk umum di Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, pada Jumat (30/09/2022).
Sebelumnya, akibat pandemi kegiatan festival terpaksa digelar secara terbatas selama dua tahun.
Ketua Komunitas Lima Gunung, Supadi Haryanto mengatakan, kegiatan ini merupakan acara puncak dari rangkaian Festival Lima Gunung yang sudah dilaksanalan pada 8 Agustus 2022 di Studio Mendut.
Baca juga: Siti Sarah Azzahra Melaju ke Semifinal Indonesia International Challenge 2022
"Walaupun awalnya gugup, gagap, dan meraba-raba. Tapi, Alhamdulillah festival bisa berjalan lancar dan pada puncak acara ini akan digelar selama tiga hari yakni 30 September sampai 02 Oktober 2022,"ujarnya saat ditemui di lokasi pada Jumat (30/09/2022).
Ia menambahkan, sesuai dengan temanya bertajuk Wahyu Rumanggang yang memiliki arti perjalanan untuk masa depan yang lebih baik.
Maka, pihaknya pun tak tanggung menyatukan 1095 seniman baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
"Dengan tema Wahyu Rumangang sebagai perjalanan generasi-genarasi muda untuk mencapai masa depan yg lebih baik. Peserta selama 3 hari, terdiri dari 69 grup atau 1095 perserta kesenian baik dari indonesia dan luar negeri. Penampil luar negeri ada yang berasal Belanda, Perancis, maupun Jepang,"ucapnya.
Sementara itu, adanya kegiatan tersebut sangat disambut positif oleh warga setempat. Bahkan, sebanyak 45 rumah warga dijadikan rumah singgah untuk penampil.
Baca juga: LSP UMY Bekali 125 Mahasiswanya dengan Sertifikasi Kompetensi, Modal Terjun ke Dunia Kerja
"Warga sangat antusias sekali untuk kegiatan ini. Selain menyediakan rumah singgah, para warga pun turut membantu menyediakan konsumsi untuk penampil, itu untuk satu kali makan,"tuturnya.
Di sisi lain, pagelaran festival budaya itu ternyata dapat menggerakkan ekonomi masyarakat. Seperti yang dirasakan warga setempat yakni Partinah (60). Dirinya pun mengambil peluang dengan berjualan makanan di depan rumahnya.
"Alhamdullilah, lumayan lah (hasilnya). Biasanya kan jualan di sekolah-sekolah ,kebetulan karena libur jadi jualan di sini. Kalau berapa yang laku saya tidak menghitung, tapi ini satu termos nasi sudah habis,"urainya. (ndg)