Isu Pandemi Covid-19 Bakal Dicabut, Pakar Mikrobiologi Klinik: Waspadai Mutasi Virus Corona
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sudah mewanti-wanti masyarakat agar bersiap menghadapi mutasi Virus Corona , bahkan hingga awal 2023.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia memberi sinyal bahwa era Covid-19 akan segera berakhir.
Hal ini dikatakan oleh WHO lantaran melihat angka kematian global mingguan yang turun hingga 11.118 orang per 5 September 2022 lalu.
Angka tersebut diklaim menjadi angka yang paling rendah sejak Maret 2020.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, secara global, dunia tidak pernah berada dalam posisi yang lebih baik untuk menyelesaikan pandemi.
“Kita belum sampai sana, tapi akhir sudah di depan mata,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Baca juga: Soal Pencabutan Status Pandemi pada Akhir Tahun, Pemda DIY: Penularan Covid-19 Sudah Terkendali
Akan tetapi, Tedros meminta setiap negara untuk terus berlari menyelesaikan pandemi, layaknya seorang pelari marathon yang tidak berhenti ketika garis finish sudah terlihat.
“Kita sudah bisa lihat garis finish-nya, kita lagi berada dalam posisi yang menang, tapi ini waktu yang buruk untuk berhenti berlari. Ini adalah waktu yang tepat untuk terus berlari dan pastikan kita lewati garisnya,” jelas Tedros.
Menanggapi hal tersebut, Ahli Mikrobiologi di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), dr Raden Ludhang Pradipta Rizki, M.Biotech., SpMK menjelaskan, semua orang harus tetap waspada dengan banyaknya mutasi Covid-19 .
“Sebenarnya kalau dibilang sudah bakal lepas dari pandemi, ya masih jauh ya,” buka Ludhang kepada Tribunjogja.com , Senin (19/9/2022).
Dia mengatakan, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sudah mewanti-wanti masyarakat agar bersiap menghadapi mutasi Virus Corona , bahkan hingga awal 2023.
Menkes melihat dari data penularan yang cukup meninggi di Indonesia beberapa hari belakangan.
Dari mutasi virus corona itu, tidak menutup kemungkinan, kasus positif akan meledak sewaktu-waktu karena mutasi virus yang terus terjadi.
Per hari ini, Senin (19/9/2022), ada sekitar 1.620 orang terpapar Covid-19 se-Indonesia.
Dengan demikian, total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 6.410.426 orang terhitung sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020.
DKI Jakarta menempati posisi dengan penambahan kasus konfirmasi paling banyak, yaitu 626 kasus.
Kemudian, Jawa Barat 313 kasus, Banten 172 kasus, Jawa Timur 148 kasus, dan Jawa Tengah 99 kasus.
Data yang sama menunjukkan, ada penambahan kasus sembuh. Dalam sehari, jumlahnya bertambah 3.390.
Dengan demikian, total kasus sembuh Covid-19 hingga kini tercatat 6.226.446.
Di sisi lain, masih ada 23 pasien Covid-19 yang meninggal dunia dalam periode 18-19 September 2022.
Penambahan itu membuat total kematian akibat Covid-19 mencapai 157.915 orang.
Sementara, di DI Yogyakarta, ada 20 orang dinyatakan positif Covid-19 per Senin ini dan nihil kematian.
Ludhang juga mengacu pada pernyataan Joe Biden, Presiden Amerika Serikat, bahwa pandemi telah usai.
“Kalau dibilang pandemi telah usai ya masih jauh. Sisi medis dengan politis sangat beda persepsinya,” ujar Ludhang.
Dia mengatakan, Biden hanya melihat secara visual, yakni banyak orang yang tidak menggunakan masker.
Baca juga: Akhir Pandemi Covid-19 di Depan Mata, WHO Siapkan 6 Kebijakan Ini
Padahal, secara medis, faktanya belum sampai bisa disebut pandemi sudah usai.
“Kita kan sudah diwanti-wanti. Banyak mutasi baru Covid-19 di tahun 2023. Itu Kemenkes sendiri yang bicara. Apalagi, vaksin masih belum merata, masih dilakukan terus,” jelasnya.
Ia mengungkap, kini ada subvarian virus corona varian Omicron, yakni BA.2.7.5.
Subvarian itu merupakan turunan Omicron subvarian BA.2 yang secara filogenetis berbeda dari turunan dominan saat ini BA.5.
Studi awal pada BA.2.75 juga telah menunjukkan potensi peningkatan nilai angka reproduksi efektif relatif (Re) dibandingkan dengan BA.5 dan BA.2 asli.
Studi itu meningkatkan kekhawatiran bahwa varian akan segera mengungguli BA.5 dan menjadi virus Sars-CoV-2 yang dominan kelak. ( Tribunjogja.com )