Sekaten Yogyakarta 2022

Mengenal Perayaan Sekaten Serangkaian Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Sekaten juga dikaitkan dengan gamelan yang diberi nama Kyai Sekati, sebab gamelan Sekati hanya dibunyikan setiap gelaran Sekaten berlangsung.

Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJGJA.COM / Azka Ramadhan
Keraton Yogyakarta mengadakan prosesi Miyas Gongso, Jumat (24/11/2017). Dalam tradisi tersebut, dua gamelan pusaka milik Keraton Yogyakarta, yakni gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Nagawilaga, dibawa dari Bangsal Ponconiti, komplek Keraton Yogyakarta, menuju Pagongan, yang berlokasi di halaman Masjid Gedhe Kauman. 

Masyarakat yang tertarik pun akan berkumpul dan mendengarkan dakwah para Wali dalam menyebarkan agama Islam.

Sekaten yang diselenggarakan pada Bulan Mulud kemudian juga sering disebut dengan peringatan Muludan.

Peringatan Sekaten ditandai dengan Miyos Gongso.

Miyos Gongso ditandai dengan keluarnya dua gamelan pusaka, yaitu Kiai Guntur Madu dan Kiai Nogowilogo.

Gamelan akan dibawa keluar dari Keraton, selanjutnya diusung menuju area Panggonan Masjid Gedhe Kauman pada 6 Mulud (Tahun Jawa), dan akan dikembalikan lagi pada 12 Mulud ke Keraton melalui prosesi Kondur Gangsa.

Selama berada di Panggonan Masjid Gedhe Kauman antara 6-12 Mulud, gamelan akan terus menerus ditabuh sejak pagi hingga tengah malam secara bergantian.

Rentang waktu pada saat gamelan dibunyikan ini disebut Sekaten.

Dikutip dari Kompas.com, terdapat dua tradisi yang dilakukan selama Sekaten berlangsung, yaitu Grebeg Muludan dan Numpak Wajik.

Grebeg Muludan Grebeg Muludan diadakan pada tanggal 12 Rabi’ul Awal atau sebagai acara puncak peringatan Sekaten.

Tradisi ini dimulai dari pukul 08.00 sampai 10.00 WIB dikawal dengan 10 macam bregada (kompi) prajurit Kraton.

Prajurit tersebut adalah wirabraja, dhaheng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Nyutra, Ketanggung, Mantrirejo, Surakarsa, dan Bugis.

Pada tradisi ini akan ada sebuah gunungan yang berisikan beras ketan, makanan, buah-buahan, serta sayuran yang dibawa dari Istana Kemandungan ke Masjid Agung untuk didoakan.

Setelah didoakan, bagian gunungan yang dianggap sakral akan dibawa pulang dan ditanam di sawah atau ladang agar sawah mereka dapat tumbuh subur dan terbebas dari bencana.

Upacara Numpak Wajik dilaksanakan dua hari sebelum Grebeg Muludan, diadakan di halaman Istana Magangan pada pukul 16.00.

Upacara ini berisikan kotekan atau permainan lagu menggunakan kentongan, lumping (alat untuk menumpuk padi) dan sejenisnya.

Numpak Wajik menjadi tanda awal pembuatan gunungan yang akan diarak pada saat acara Grebeg Muludan.

Lagu-lagu yang dimainkan dalam upacara Numpak Wajik adalah lagu Jawa popular, seperti Lompong Keli, Tundhung Setan, Owal Awil, dan lainnya.

 

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved