Berita DI Yogyakarta Hari Ini

Tim Penilaian UNESCO Datang ke Pasar Beringharjo, Ini Kata UPT Kawasan Cagar Budaya Malioboro

Melalui kunjungan UNESCO , Pasar Beringharjo sebagai satu di antara pasar tertua di DIY, menjadi nilai lebih dalam eksistensi pasar itu sendiri. 

Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Neti Istimewa Rukmana
Suasana Pasar Beringharjo pada Rabu (24/8/2022) siang. 

Dengan disimbolkan di dalam Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat, terdapat lampu yang tidak pernah padam mulai dari Hamengku Buwono I sampai dengan saat ini atau berlangsungnya masa Pemerintahan Ngarso Dalem, Hamengku Buwono X.

Baca juga: Sumbu Filosofis di DIY Diusulkan Jadi Warisan Budaya Dunia, UNESCO Lakukan Peninjauan Bulan Agustus

"Selain itu juga, disebutkan dalam buku Pawiyatan Pamong saat kami mengikuti pendidikan yang diselenggarakan oleh Kraton Yogyakarta sekitar tiga sampai empat tahun yang lalu terkait Sumbu Filosofi. Bahkan, belum lama ini kami juga banyak mendapatkan informasi dan pengetahuan terkait Sumbu Filosofi ketika mengikuti Diklat Internalisasi Kaistimewsan DIY," paparnya.

Informasi yang dimaksud ialah Pasar Beringharjo merupakan satu bagian Rancang Bangun Pola Tata Kota Kasultanan Yogyakarta yang disebut 'Catur Tunggal' atau yang mencakup empat hal.

Baik itu Kraton sebagai Pusat Pemerintahan, Alun-Alun sebagai Ruang Publik, Masjid sebagai Tempat Ibadah dan Pasar sebagai Pusat Transaksi Ekonomi.

"Maka dari itu, nama Pasar Beringharjo semula diberikan oleh Hamengku Buwono VIII dengan makna wilayah yang semula sebagai Hutan Beringin atau Bering diharapkan bisa memberikan kesejahteraan atau Harjo," ucapnya.

Akhirnya pada saat ini, Pasar Beringharjo pun tetap eksis sebagai pusat transaksi ekonomi sekaligus pusat destinasi wisata di Kawasan Malioboro .( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved