FAKTA-FAKTA Desmond Mahesa, Wakil Ketua Komisi III DPR RI yang Berdebat Panas dengan Mahfud MD
Inilah sejumlah fakta menarik tentang Desmond Mahesa yang debat panas dengan Mahfud MD. Ternyata dulu pernah usir Komnas Perempuan dari rapat DPR.
Penulis: Alifia Nuralita Rezqiana | Editor: Muhammad Fatoni
Ia lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), pada 12 Desember 1965. Saat ini Desmond Mahesa berusia 56 tahun.
Desmond Mahesa mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Kalsel. Ia kuliah di Fakultas Hukum Unlam Banjarmasin.
Pada 2004, Desmond Mahesa menyelesaikan studi strata dua (S2) di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Islam, Jakarta, dengan tesis tentang reklamasi dan perlindungan lingkungan hidup.
Baca juga: Mahfud MD: Jika Kasus Brigadir J Tak Dibuka Terang Benderang, Negara Ini Akan Hancur
2. Masa kecil Desmon Mahesa, sempat hidup susah banting tulang demi kuliah

Masih dari Wikipedia, disebutkan bahwa Desmon Mahesa adalah putra dari Muchtar (Tarlan) bin H. Sirin dan Sa’diah binti Ubak.
Ayah Desmond Mahesa, Muchtar (Tarlan) bin H. Sirin, merupakan petani dan buruh kasar.
Sedangkan Ibu Desmond Mahesa, Sa’diah binti Ubak, dikenal sebagai pedagang telur di Pasar Batuah, Banjarmasin, Kalsel.
Selama Desmond Mahesa kuliah di Fakultas Hukum Unlam Banjarmasin, ia mencoba mandiri dan mulai bekerja sampingan.
Menurut keterangan, Desmond Mahesa banyak melakukan pekerjaan kasar saat masih kuliah demi menopang biaya hidup pribadinya dan membayar biaya kuliah.
Desmond Mahesa pernah menjadi kuli bangunan, cleaning service di kantor, sampai menarik becak pada malam hari di sekitar Pasar Batuah, Banjarmasin.
Baca juga: Suasana Terkini Rumah Singgah Irjen Ferdy Sambo di Magelang Sepekan Seusai Diperiksa Tim Mabes Polri
3. Perubahan nama dari Junaidi ke Desmond Mahesa

Mengutip Wikipedia, nama Desmond Mahesa sempat memicu masalah pada era tahun 1990-an.
Ketika merantau dan berkarier di Pulau Jawa, Desmond Mahesa yang kala itu bernama Junaidi, bekerja di Lembaga bantuan Hukum (LBH) Nusantara, Bandung pada 1996 dan Jakarta pada 1998 sebagai direktur.
Suatu hari ketika ia menghadiri sidang di pengadilan, kedatangannya dipermasalahkan oleh hakim dan jaksa.
Sebab, tertera bahwa yang akan datang di pengadilan adalah Junaidi, tapi saat pengadilan berlangsung yang datang malah Desmond.