Pesan Inventor GeNose C19 : Jangan Dijual Dulu Alatnya, Nanti Bisa untuk Deteksi Penyakit Lain

“Jangan dijual dulu. Kami sedang mencoba fungsi lain dari GeNose untuk dijadikan alat diagnostik yang lain, daripada dijual di place market, tinggal

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Ardhike Indah
Inventor GeNose C19, Prof Kuwat Triyana (kiri) dan dr Dian K Nurputra (kanan) menjelaskan tentang data riset GeNose C19 yang sudah masuk di jurnal internasional 

Sebab, pihaknya masih melakukan penelitian lebih lanjut.

"Validasi baru kita kerjakan, kita akan mendapatkan publikasi yang terpercaya," ungkapnya.

Kuwat mengakui wajar pembeli GeNose akhirnya menjual mesin GeNose yang tidak terpakai.

Menurutnya, mereka belum mengetahui manfaat selain untuk mendeteksi Covid-19.

"Jadi, tim nanti mengembangkan softwarenya itu yang spesifik, itu akan membuat GeNose yang tidak berguna itu untuk deteksi penyakit lain. Kami memberikan gambaran kepada masyarakat luas, jangan dijual dulu, jangan-jangan harganya nanti naik sepuluh kali lipat, bisa juga lho," paparnya.

Tidak hanya itu, Kuwat turut memberikan kesempatan pada masyarakat yang sudah memiliki GeNose untuk menjual kembali ke UGM dengan separuh harga.

Hal ini lantaran mahasiswa di sejumlah fakultas di UGM juga menggunakan GeNose untuk mendeteksi penyakit pada binatang dan tanaman.

“Kalau di Fakultas Pertanian itu, mahasiswa bisa mendeteksi kutu beras dan gandum. Di Kedokteran Hewan, GeNose digunakan untuk mendeteksi infeksi pada mamalia. Uji cobanya dengan kucing,” terang Kuwat.

Menanggapi hal tersebut, Rektor UGM, Prof Ova Emilia menjelaskan, GeNose C19 bisa diproyeksikan untuk mendeteksi kanker serviks dan tentunya bisa bermanfaat bagi masyarakat.

Baca juga: Bupati Sleman Usulkan Ada Jalur Wisata Sepeda di Jalan Tol Yogya-Bawen di Seyegan

Ia menilai, selama ini, banyak perempuan kesulitan untuk mendeteksi adanya kanker serviks lantaran harus menggunakan sampel getah di dalam alat kelamin.

Untuk mendapatkan sampel getah itu juga tidak mudah dan membuat perempuan tidak nyaman.

Maka, tidak dapat dipungkiri, dengan metode seperti itu, deteksi dini kanker serviks belum bisa optimal.

"Ini kita mencari cara menggunakan air seni untuk lebih mudah dan cepat dan murah. Kita harapkan merupakan terobosan sehingga skrining kanker leher rahim itu dapat dilakukan di layanan primer, tidak perlu pemeriksaan lebih tinggi, hanya pada kasus yang perlu rujukan, konfirmasi. Akan sangat bermanfaat," ungkapnya. (Ard)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved