Konflik Suriah

Pasukan AS Kawal Konvoi 137 Truk Tangki Berisi Minyak Curian dari Suriah

Pasukan AS dan milisi Kurdi menguasai wilayah luas di Suriah utara lokasi ladang minyak terbesar milik Suriah.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
Al Arabiya/AFP
Seorang pejuang Pasukan Demokratik Suriah (SDF) berdiri di sisi jalan saat konvoi pasukan AS melewati kota Qamishli yang mayoritas penduduknya Kurdi. 

TRIBUNJOGJA.COM, DAMASKUS – Pasukan AS secara ilegal mengawal dan mengangkut 137 truk tangka berisi minyak hasil curian dari Suriah ke Irak pada Minggu (21/8/2022) pagi.

Informasi ini dilaporkan kantor berita negara Suriah, SANA. Konvoi pengangkut minyak curian itu terdiri 122 kendaraan dan 15 truk tangka.

Mereka keluar dari Suriah menggunakan penyeberangan perbatasan ilegal Mahmoudiya untuk sampai ke Irak.

Awal pekan ini, media melaporkan pasukan AS juga telah mengangkut hampir 400 truk tangka berisi minyak curian dari tanah Suriah.

Baca juga: Lima Roket Ditembakan ke Pangkalan Militer AS di Suriah

Baca juga: Turki Gempur Pasukan Suriah di Aleppo, Damaskus Balik Menyerang ke Idlib

Baca juga: Militer AS Bombardir Fasilitas Milisi di Suriah Pakai Bom Presisi

Pasukan AS secara ilegal menduduki wilayah di utara dan timur laut Suriah di Provinsi Deir ez-Zor, Al-Hasakah dan Raqqa, di mana deposit minyak dan gas terbesar Suriah berada.

Damaskus telah berulang kali menyebut kehadiran pasukan AS di wilayahnya sebagai pendudukan dan pembajakan negara untuk tujuan pencurian minyak.

Laporan lain dari Suriah utara menyebutkan, pada 20 Agustus, pangkalan Green Village yang digunakan pasukan AS di ladang minyak al-Omar di pedesaan tenggara Deir Ezzor Suriah, ditembaki.

Laporan ini dirilis Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. Kelompok pemantau yang berbasis di London mengatakan proyektil mendarat di sekitar pangkalan.

Proyektil itu diduga diluncurkan dari bagian Deir Ezzor yang dikuasai pemerintah di seberang Sungai Efrat, di mana pasukan Suriah dan milisi Irak yang didukung Iran hadir.

Tidak ada korban jiwa atau kerugian material yang dilaporkan sebagai akibat dari serangan api tidak langsung tersebut. Koalisi pimpinan AS belum menangani dugaan insiden tersebut.

Jika dikonfirmasi, ini akan menjadi serangan kedua yang menargetkan pangkalan Green Village dalam waktu kurang dari seminggu.

Pada 15 Agustus, salvo roket 107 mm menargetkan pangkalan. Hanya beberapa menit sebelum serangan itu, sejumlah drone bunuh diri menargetkan garnisun koalisi pimpinan AS di daerah al-Tanf, Suriah tenggara.

Kedua serangan itu kemungkinan merupakan tanggapan oleh pasukan Suriah dan Irak yang didukung Iran terhadap serangan Israel 14 Agustus di Suriah, yang menewaskan tiga tentara.

Tujuan Kuasai Minyak Suriah

Koalisi pimpinan AS telah bekerja untuk memperkuat pangkalannya di timur laut Suriah serta garnisunnya di al-Tanf.

Koalisi juga telah melatih pasukannya di negara yang dilanda perang untuk lebih baik menangani ancaman yang ditimbulkan oleh pasukan yang didukung Iran.

Sebagian besar pangkalan koalisi pimpinan AS di timur laut Suriah terletak di ladang minyak dan gas utama, sementara garnisun al-Tanf memblokir jalan raya strategis Damaskus-Baghdad.

Perkembangan menarik lainnya dilaporkan Steven Sahiounie, jurnalis di Timur Tengah, dan juga Pemimpin Redaksi Wacana Timur Tengah.

Dikutip Southfrot.org, laporan-laporan Steven Sahiounie dikenal akurat. Ia mengatakan, tujuan sebenarnya AS tetap berada di Suriah adalah sebagai penjajah.

Menurut Ihsan, AS mencuri sumber daya alam dan memaksakan kehendaknya pada masa depan politik Suriah.

“Lihat situasinya sekarang, AS mengendalikan ladang gas dan minyak utama di daerah kaya minyak di Suriah,” tulisnya.

Ahmad Al-Ashqar, seorang jurnalis dan pakar politik, sependapat dengan pandangan Ihsan, AS menduduki dan menjarah wilayah kaya minyak di Suriah.

Pada 8 Agustus 2022, Kementerian Perminyakan Suriah mengatakan produksi harian rata-rata minyak Suriah pada paruh pertama 2022 adalah 80.300 barel.

Sementara pasukan pendudukan AS dan tentara bayaran mereka mencuri rata-rata 66.000 barel per hari.

Menurut kementerian, krisis berkepanjangan di Suriah telah merugikan sektor minyak Suriah sekitar 105 miliar dolar AS langsung maupun tidak langsung.

Operasi pencurian minyak ini telah berlangsung selama satu dekade sekarang, di bawah Presiden Obama, Trump, dan saat ini, Joe Biden.

Laporan Sahiounie menegaskan Presiden Trump memerintahkan penarikan pasukan AS dari Suriah pada Desember 2018, tetapi Pentagon tidak setuju dengan perintah itu.

Pasukan AS tetap berada di dua lokasi: satu di wilayah timur laut yang kaya minyak, dan lainnya di tenggara di Al-Tanf.

Pada 9 Agustus 2022, Kolonel (Purn) Douglas Macgregor, mantan penasihat Pentagon era Trump, membahas masalah ini secara mendalam dalam sebuah wawancara youtube.

Ia mengatakan, dirinyalah yang merancang dasar surat perintah penarikan pasukan AS untuk ditandatangani Presiden Trump.

Macgregor mencoba membuat Trump menyetujui penarikan AS dari Irak dan Suriah juga. Trump menurutnya benar-benar menandatanganinya tetapi menolak untuk menindaklanjutinya.(Tribunjogja.com/Southfront/Sputniknews/xna)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved