Konflik China Taiwan
Nancy Pelosi Pergi, China Lanjutkan Latihan Tempur di Sekeliling Taiwan
Militer China melanjutkan latihan militer sekala besar dari Kamis (4/8/2022) hingga Minggu di sekitar Pulau Taiwan.
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
TRIBUNJOGJA.COM, BEIJING – Meskipun Ketua DPR AS Nancy Pelosi telah meninggalkan Taiwan, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China melanjutkan latihan tempur di sekitar pulau itu.
Kamis (4/8/2022) ini hingga Minggu, PLA melakukan latihan militer penting dan kegiatan pelatihan termasuk latihan penembakan langsung di enam wilayah maritim besar dan ruang udara mereka di China timur.
Meliputi sekitar pulau Taiwan, di utara, timur laut, timur, selatan, barat daya dan barat laut. Info ini dikabarkan kantor berita Xinhua.
Pasukan Komando Timur China sejak Selasa malam menggelar simulasi operasi blokade bersama, serangan laut dan pelatihan tempur darat dan udara, yang melibatkan penggunaan aneka senjata canggih.
Baca juga: Media China Tunjukkan Kemarahan Susul Kehadiran Nancy Pelosi di Taiwan
Baca juga: Kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan Ulang Krisis Politik Militer 1995
Baca juga: Sambut Kehadiran Pelosi di Asia, China Luncurkan Rudal Jelajah DF-17
China mengerahkan jet tempur siluman J-20 dan menembakkan DF-17 rudal hipersonik setelah latihan dimulai saat Nancy Pelosi mendarat di pulau itu.
Ini aksi besar yang dilakukan China untuk merespon kedatangan Pelosi yang dianggap melanggar kedaulatan dan prinsip Satu China.
Saat latihan itu, rudal jelajah konvensional yang ditembakkan melintasi pulau Taiwan untuk pertama kalinya.
Pasukan China memasuki area dalam jarak 12 mil laut dari pulau itu, dan mereka menyatakan tidak ada lagi garis tengah Selat Taiwan.
Pasukan China secara khusus telah mengepung Taiwan di darat, udara maupun laut. Mereka menunjukkan kontrol mutlak PLA atas Taiwan.
Selain jet siluman J-20 dan penembakan roket DF-17, China mengerahkan pembom H-6K, jet tempur J-11, kapal perusak Type 052D, korvet Type 056A dan rudal balistik jarak pendek DF-11.
“Jika rudal konvensional PLA akan diluncurkan dari daratan ke arah barat Taiwan dan mengenai sasaran di timurnya, ini berarti rudal akan terbang di atas pulau, yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata pakar militer China daratan Zhang Xuefeng.
Dia juga menunjukkan lima dari zona latihan terletak di sebelah timur yang disebut garis tengah Selat Taiwan, dan ini berarti bahwa keberadaan garis tersebut ditolak melalui tindakan nyata PLA.
Beberapa zona latihan juga untuk pertama kalinya ditetapkan untuk mencakup area dalam jarak 12 mil laut ke pulau Taiwan.
Tetapi karena Taiwan adalah bagian dari China, kata Zhang Xuefeng, apa yang disebut laut teritorial Taiwan juga merupakan laut teritorial China.
Juga, latihan PLA di sekitar Taiwan dimaksudkan untuk menunjukkan mereka mampu memblokade seluruh pulau dan menyelesaikan masalah Taiwan melalui cara-cara yang tidak damai, jika situasinya tidak dapat diperbaiki lagi.
Dari area latihan militer PLA yang ditunjuk, operasi tersebut dapat menimbulkan ancaman bagi pelabuhan utama dan jalur pelayaran di Taiwan, membentuk blockade total.
Cara memblok lalulintas pelayaran ini bisa menjadi salah satu rencana aksi yang diambil di masa depan untuk mencapai reunifikasi secara paksa.
Analisis ini disampaikan Herman Shuai, seorang pensiunan letnan jenderal Taiwan, kepada Global Times.
Dua area latihan utara yang ditunjuk oleh PLA terletak di lepas pantai Pelabuhan Keelung dan Pelabuhan Taipei, area latihan pusat terletak di lepas Pelabuhan Taichung, area latihan selatan terletak di lepas Pelabuhan Kaohsiung dan yang timur terletak di lepas Hualien Pelabuhan.
“Area latihan adalah templat untuk mengunci Taiwan," kata Shuai. "Jika latihan PLA memakan waktu lama, itu akan menjadi penghalang besar bagi Taiwan," lanjutnya.
Latihan PLA kali ini komprehensif dan sangat ditargetkan, menunjukkan tekad menyelesaikan isu Taiwan sekali dan untuk semua.
Demikian dikemukakan ahli politik China, Song Zhongping. Latihan tersebut harus dilihat sebagai latihan rencana perang.
"Jika terjadi konflik militer di masa depan, kemungkinan rencana operasional yang saat ini sedang dilatih akan langsung diterjemahkan ke dalam operasi tempur," katanya.
"Itu berarti rencana pertempuran kami telah dijelaskan kepada AS dan pihak berwenang Taiwan, dan kami cukup percaya diri untuk memberi tahu mereka tentang konsekuensi dari provokasi lebih lanjut dengan cara ini," kata Song.
Dibandingkan saat krisis Selat Taiwan pada 1996, kekuatan militer PLA kini telah meningkat jauh lebih pesat.
“Pada 1996, kami tidak memiliki kapal induk, perusak besar Tipe 055, atau rudal hipersonik… Sejak itu kemampuan kami untuk menyerang, menangkap, dan membunuh telah sangat meningkat dan pilihan serta kepercayaan militer kami telah meningkat,” kata Song.
Shuai percaya pada 1996, kemampuan pertahanan diri Taiwan relatif kuat, kemampuan proyeksi PLA masih belum mencukupi, dan jumlah kapal perang amfibi terbatas.
“Tapi sekarang berbeda. Setelah bertahun-tahun berkembang pesat, PLA, apakah itu dengan kapal perusak besar Tipe 055, kapal induk atau kapal pendarat amfibi, sekarang sepenuhnya memiliki kekuatan untuk memblokade Pulau Taiwan,” katanya.
Militer China tidak mencegat penerbangan pesawat Air Force Nancy Pelosi dianggap bukan kegagalan PLA mencegah kedatangan tokoh AS itu.
China mungkin menghindari insiden yang dapat memicu Perang Dunia III. Secara politik China ingin mengkapitalisasi provokasi Pelosi.(Tribunjogja.com/GlobalTimes/xna)