Bupati Bantul Abdul Halim Muslih
Bupati Halim Jelaskan Manfaat Seroja Hasil Inovasi Pemkab Bantul
Inovasi Pemkab Bantul, Sehat Ekonomi Meningkat Karo Jamu (Seroja) masuk Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2022 dari Kemen PAN-RB.
Penulis: Santo Ari | Editor: Agus Wahyu

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengungkapkan, bahwa inovasi Seroja ini memiliki dua manfaat, yakni meningkatkan kesehatan sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat. Di mana, jamu-jamu yang diberikan merupakan produk masyarakat Bantul.
"Jamu-jamuan kita sudah masuk sistem layanan kesehatan di Puskesmas. Kalau selama ini Puskesmas hanya pakai obat-obatan kimia, sekarang sudah kita tetapkan ada 12 Puskesmas di Bantul menggunakan jamu tradisional untuk treatment kepada pasien," ungkap Bupati Abdul Halim seusai presentasi melalui zoom meeting dengan penguji dari Kemen PAN-RB, Selasa (5/7/2022).
Baca juga: Bupati Halim: Pengobatan Tradisional di Puskesmas Bantul Sudah Diterapkan Sejak 2019
Baca juga: Inovasi Seroja dari Pemkab Bantul Masuk dalam Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2022
Dijelaskan Abdul Halim, penggunaan jamu ini meningkatkan perekonomian di mana terjadi penyerapan tenaga kerja di bidang industri jamu, terlebih saat ini produk jamu kian bervariasi.
Adapun produksi jamu telah berkembang di beberapa wilayah, semisal Kiringan Kalurahan Canden, Kapanewon Jetis, lalu Kalurahan Argomulyo, Kapanewon Sedayu, serta Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan.
"Bentuk jamu dulu itu cair, diseduh dan diminum. Saat ini, jamu bisa berupa kapsul, bubuk, selai bahkan lulur masker. Ini contoh-contoh disertifikasi penggunaan tanaman obat-obatan atau toga dan itu disahkan oleh BPOM dan teruji klinis," imbuh Halim.
Sementara sisi kesehatan, menurut Bupati Halim, dengan diterapkan pengobatan tradisional tersebut, penggunaan obat-obatan kimiawi yang berefek jangka panjang dapat dikurangi dengan jamu, lantaran efek sampingnya minimal.
Orang nomor satu di Kabupaten Bantul ini juga menyatakan, bahwa penggunaan jamu untuk layanan kesehatan di Puskesmas bukanlah hal utama. Halim menyebut, saat ini, penggunaan jamu hanya sebagai pelengkap.
"Dokter melakukan analisa, kalau bisa ditembak dengan jamu tradisional, ya pakai jamu. Tapi, kalau tidak, ya masih dua-duanya. Jadi, jamu sebagai complement (pelengkap) saja, bukan subtitusi (pengganti). Tapi, ini tetap akan kita konsultasikan kepada Kementerian Kesehatan, karena layanan kesehatan ada standardisasi," papar Halim.
Bupati Bantul menyatakan, bahwa seluruh jamu yang digunakan sudah tersertifikasi dan mendapatkan rekomendasi BPOM. Selain itu, telah disahkan Kementerian Kesehatan. (nto)