Berita Bantul Hari Ini

Inovasi Seroja dari Pemkab Bantul Masuk dalam Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2022

Inovasi Seroja masuk dalam top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 2022 dari Kemen PAN-RB.

Penulis: Santo Ari | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Santo Ari
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menunjukkan jamu yang diterapkan dalam pengobatan 

TRIBUNJOGJA.COM - Inovasi dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul yakni Sehat Ekonomi Meningkat karo Jamu (Seroja) masuk dalam top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 2022 dari Kemen PAN-RB.

Saat ini terdapat 12 Puskesmas di Bantul yang menerapkan pengobatan menggunakan jamu, dan 4 di antaranya sudah memasukkan jamu sebagai resep pengobatan. 

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengungkapkan, bahwa inovasi Seroja ini memiliki dua manfaat yakni meningkatkan kesehatan sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat.

Di mana jamu-jamu yang diberikan merupakan produk dari masyarakat Bantul

"Jamu-jamuan kita sudah masuk sistem layanan kesehatan di Puskesmas. Kalau selama ini Puskesmas hanya pakai obat-obatan kimia, sekarang ini sudah kita tetapkan ada 12 Puskesmas di Bantul menggunakan jamu tradisional untuk treatment  kepada pasien," ungkap Bupati Bantul seusai presentasi melalui zoom meeting dengan penguji dari Kemen PAN-RB, Selasa (5/7/2022).

Namun demikian, Bupati Bantul menekankan bahwa seluruh jamu yang digunakan sudah tersertifikasi dan mendapatkan rekomendasi dari BPOM. Selain itu telah disahkan oleh Kementerian Kesehatan.

Penggunaan jamu ini meningkatkan perekonomian di mana terjadi penyerapan tenaga kerja di bidang industri jamu, terlebih saat ini produk jamu kian bervariasi.

Adapun untuk produksi jamu telah berkembang di beberapa wilayah seperti Kiringan, Kalurahan Canden, Kapanewon Jetis, kemudian di Kalurahan Argomulyo, Kapanewon Sedayu serta di Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan. 

"Bentuknya jamu dulu itu cair, diseduh dan diminum. Nah, saat ini jamu bisa berupa kapsul, bubuk, selai bahkan lulur masker. Ini contoh-contoh disertifikasi penggunaan tanaman obat-obatan atau toga dan itu disahkan oleh BPOM dan teruji klinis," imbuhnya.

Sementara dari sisi kesehatan, menurutnya dengan diterapkan jamu-jamu tersebut maka penggunaan obat-obatan kimiawi yang berefek jangka panjang dapat dikurangi dengan jamu yang efek sampingnya minimal. 

Dalam kesempatan itu, Bupati Bantul juga menyatakan bahwa penggunaan jamu untuk layanan kesehatan di Puskesmas bukanlah hal yang utama.

Abdul Halim Muslih menyebut untuk saat ini penggunaan jamu hanya sebagai pelengkap.

"Dokter melakukan analisa, kalau bisa ditembak dengan jamu tradisional ya pakai Jamu. Tapi kalau tidak ya masih dua-dua nya. Jadi jamu sebagai komplemen (pelengkap) bukan subtitusi (pengganti). Tapi tetap akan kita konsultasikan ke Kementerian Kesehatan, karena layanan kesehatan ada standardisasi ya," urainya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul Agus Budi Raharja menjelaskan bahwa penerapan jamu tradisional sebagai pelengkap pengobatan medis telah berjalan sejak tahun 2020 di Kabupaten Bantul.

Dan tiap tahun jumlah Puskesmas yang menerapkan hal tersebut kian bertambah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved