Rudal Jelajah Kalibr Hancurkan Gudang Ukraina yang Tampung Bantuan Persenjataan dari AS dan Eropa
Gudang yang digunakan untuk menyimpan senjata kiriman dari Amerika Serikat dan Eropa milik Ukraina dihancurkan oleh Rusia.
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, MOSKWA – Gudang yang digunakan untuk menyimpan senjata kiriman dari Amerika Serikat dan Eropa milik Ukraina dihancurkan oleh Rusia.
Serangan ke gudang persenjataan tersebut dilakukan dengan menggunakan rudal jelajah Kalibr.
Tak hanya gudang senjata, Rusia juga menembak jatuh tiga pesawat tempur milik Ukraina.
Ketiga pesawat tersebut adalah dua MIG-29 dan satu Su-25.
Ketiganya ditembak jatuh di wilayah Kharkiv.
Klaim Rusia yang telah menghancurkan gudang senjata dan tiga pesawat tempat Ukraina ini dilaporkan oleh kantor berita Interfax, mengutip Kementerian Pertahanan Rusia.
Rusia mengeklaim menghancurkan depot persenjataan besar Ukraina tersebut dengan rudal jelajah Kalibr, sebagaimana dilansir Reuters, Minggu (12/6/2022).
Dikutip Tribunjogja.com dari Kompas.com, pada Sabtu, gempuran Rusia menyebabkan kebakaran besar di sebuah pabrik kimia di Kota Severodonetsk Ukraina di mana pertempuran sengit masih berkecamuk.
Baca juga: Tanggapan Presiden Rusia Vladimir Putin Soal Pengiriman Senjata Tambahan dari AS ke Ukraina
Gubernur Oblast Luhansk Serhiy Haidai mengatakan kepada televisi Ukraina bahwa kebakaran terjadi pada Sabtu setelah kebocoran puluhan ton minyak di pabrik Azot.
Ratusan warga sipil dilaporkan berlindung di pabrik tersebut.
Kota Severodonetsk telah menjadi titik fokus upaya Rusia untuk maju di Ukraina timur.
Merebut Severodonetsk dan kota kembarnya Lysychansk akan membawa Rusia lebih dekat ke tujuannya karena akan memberi mereka kendali atas Luhansk.
Dalam pernyataannya, Haidai mengakui sebagian besar Severodonetsk sekarang berada di tangan Rusia.
Militer Rusia mengatakan bahwa semua daerah permukiman Severodonetsk sekarang berada di bawah kendalinya.
"Pabrik kimia Azot telah berada di bawah pengeboman berat selama berjam-jam," kata Haidai, sebagaimana dilansir BBC, Minggu.
Dia tidak mengatakan apakah ada korban jiwa dan apakah kobaran api itu kemudian padam. (*)